Pasukan Ukraina yang berbasis di Kiev kembali terlibat perang sengit dengan kelompok separatis lokal pro-Rusia di wilayah Ukraina timur, Kamis (19/6/2014). Dalam pertempuran kali, ini kedua kubu sama-sama menggunakan tank tempur.
Sumber militer Ukraina mengatakan pertempuran sengit pecah sekitar pukul 04.00 waktu Ukraina di dekat Kota Krasny Liman. Kota itu telah direbut pasukan Ukraina sejak awal bulan ini dari tangan pasukan separatis pro-Rusia.
”Ada pertempuran besar terjadi yang melebihi kekuatan dan skala apa pun di sana, dan sampai sekarang masih terjadi,” kata sumber militer Ukraina kepada Reuters.
Dmytro Tymchuk, seorang analis militer yang memiliki sumber terpercaya di jajaran militer Ukraina, secara terpisah mengatakan, bahwa pertempuran dimulai ketika kelompok separatis pro-Rusia menolak seruan agar meletakkan senjata mereka.
Seruan itu muncul, sejalan dengan perintah Presiden Ukraina, Petro Poroshenko yang ingin berdamai dengan kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Poroshenko dalam rencana perundingan damai mengajukan syarat, bahwa para pemberontak di Ukraina timur harus meletakkan senjata mereka.
Sumber militer Ukraina itu menambahkan, ada sekitar 4 ribu militan separatis pro-Rusia terlibat perang sengit hari ini. ”Operasi anti-teroris terus berlangsung. Ada pertempuran yang terjadi di sana,” kata juru bicara pasukan pemerintah, Vladyslav Seleznyov, membenarkan keterangan dari sumber militer itu.
Ditanya laporan ada 4 ribu militan separatis pro-Rusia yang terlibat dalam perang sengit hari ini, Seleznyov menjawab: ”Kalau begitu, akan ada 4 ribu peti mati."(mas)Pasukan Rusia Kembali Berkumpul di Perbatasan Ilustrasi (Reuters)
Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen pada Kamis (19/6/2014) menyatakan, pihaknya kembali melihat pergerakan ribuan pasukan Rusia di wilayah perbatasan antara Rusia dan Ukraina di wilayah timur Ukraina.
Melansir Reuters, hal tersebut dianggap Rasmussen sebagai suatu kemunduran yang sangat disesalkan. Pasalnya bulan lalu, presiden Rusia, Vladimir Putin dianggap telah membuat sebuah kemajuan saat dirinya menarik mundur puluhan ribu pasukan Rusia dari wilayah perbatasan.
“Kami sekarang baru saja melihat pasukan Rusia sedang membangun sebuah kamp di wilayah perbatasan Ukraina. Setidaknya beberapa ribu pasukan Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut,” ungkap Rasmussen.
“Saya melihat hal ini sebuah langkah mundur, nampaknya Rusia membuat pilihan untuk campur tangan lebih jauh di Ukraina. Masyarakat internasioal harus merespon dengan tegas, jika Rusia benar-benar terbukti ikut campur tangan lebih lanjut di Ukraina,” papar Rasmussen.
Dia dengan tegas menyatakan tindakan yang dilakukan Rusia dapat berakibat fatal terhadap Negeri Beruang merah. “Ini berarti sanksi lebih berat akan dijatuhkan kepada Rusia, sanksi yang memiliki efek sangat merusak perekonomian Rusia,” tegas Rasmussen.
Rekan mereka, Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah memberikan peringatakan kepada Rusia mengenai pemberian sanksi lebih lanjut bila mereka tidak bisa membantu menstabilkan keadaan di Ukraina.
Rusia sendiri selama ini belum memberikan respon terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada mereka.
Namun menurut Ketua Dewan Federasi Rusia, Valentina Matviyenko, Rusia mungkin akan mempertimbangkan untuk merespon bila sanksi ketiga benar-benar dijatuhkan kepada mereka.(esn)Perang Sengit di Ukraina Timur, 300 Pro-Rusia Tewas Pasukan separatis pro-Rusia siaga dengan senjatanya untuk menghadapi pasukan Kiev. Foto: Itar-Tass/EPA
Pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan kelompok separatis lokal pro-Rusia sudah dua hari berlangsung tanpa henti di Ukraina timur. Pada Jumat (20/6/2014), pemerintah Ukraina mengklaim 300 separatis pro-Rusia tewas dalam pertempuran.
Namun, klaim itu belum bisa dikonfirmasikan kepada pemimpin separatis pro-Rusia. Namun, perang yang berlangsung sejak Kamis kemarin kubu separatis pro-Rusia dilaporkan mengalami kerugian besar, setelah pasukan Kiev menggunakan peralatan perang dalam jumlah besar.
Pemerintah Ukraina mengatakan tujuh dari jumlah pasukan mereka tewas kemarin. Pertempuran terbaru pada hari ini, berlangsung di wilayah Ukraina timur yang berjarak sekitar 100 km (60 mil) dari perbatasan Rusia.
Pertempuran pecah Kamis pagi setelah separatis pro-Rusia menolak untuk meletakkan senjata mereka, seperti syarat perundingan damai yang diminta Presiden Ukraina, Petro Poroshenko. Sebaliknya pasukan separatis justru melakukan perlawanan besar-besaran.
“Sekitar 300 separatis tewas dalam aksi militer di sekitar Desa Yampil dan Zakitne, Ukraina timur. Mereka tewas akibat tembakan artileri dan serangan udara,” kata juru bicara operasi anti-teroris militer Ukraina, Vladyslav Seleznyov.
”Kerugian untuk prajurit Ukraina adalah tujuh orang tewas dan 30 terluka. Aksi militer berjalan terus,” lanjut Seleznyov yang menuliskannya di halaman Facebook, seperti dikutip Reuters.(mas)Rusia Kerahkan Banyak Pasukan di Dekat Ukraina Pasukan Rusia dengan tank-tank tempur saat beraksi. Foto: RIA Novosti/Kirill Braga
Presiden Rusia, Vladimir Putin, resmi memerintahkan pengerahan banyak pasukan Rusia ke pebatasan dekat wilayah Ukraina. Perintah itu diklaim untuk melindungi perbatasan Federasi Rusia.
Perintah Putin soal pengerahan banyak pasukan Rusia itu disampaikan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Jumat (20/6/2014). Menurutnya, pengerahan pasukan sebenarnya sudah dilakukan beberapa minggu yang lalu.
Namun, Kremlin menolak tuduhan bahwa langkah itu sebagai provokasi untuk pamer kekuatan militer Rusia. ”Kami terkejut dengan klaim tersebut tentang konsentrasi pasukan Rusia di perbatasan Ukraina,” kata Peskov, seperti dikutip Russia Today.
”Dalam hal ini, ini bukan tentang setiap konsentrasi kekuatan militer, tetapi tentang langkah-langkah untuk membentengi perbatasan Federasi Rusia, langkah-langkah yang diperintahkan langsung oleh Presiden Putin,” lanjut Peskov.
Pengerahan pasukan Rusia itu sebelumnya sudah dicurigai Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Peskov mengatakan bahwa perintah itu dikeluarkan beberapa minggu yang lalu. ”Dan telah disetujui para pemimpin Eropa,” katanya.
Peskov menyatakan bahwa langkah-langkah pengamanan di wilayah perbatasan dipicu banyak fakta soal pelanggaran. ”Termasuk kasus-kasus pelanggaran penggunaan peralatan militer yang telah berlangsung lebih sering,” imbuh dia.
Kendati menyebut pasukan yang dikerahkan lebih banyak dari sebelumnya, namun dia menolak menyebutkan jumlahnya. ”Mengenai jumlah pasukan militer, itu ditentukan oleh persyaratan untuk memastikan tingkat keamanan yang cukup di perbatasan.”(mas)AS, Prancis dan Jerman Ancam Rusia Para pemimpin Amerika Serikat (AS), Prancis dan Jerman kompak mengancam Rusia dengan akan memberikan ganjaran setimpal jika gagal meredam ketegangan di perbatasan Ukraina. Ganjaran dari tiga negara yang dimaksud adalah sanksi yang sangat keras dan bisa mengacaukan ekonomi Rusia.
Ancaman itu disampaikan secara terpisah baik oleh Presiden AS, Barack Obama maupun Presiden Prancis, Francois Hollande dan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Demikian keterangan yang disampaikan pihak Gedung Putih.
”Mereka sepakat bahwa jika Rusia gagal untuk mengambil langkah konkret untuk meredam ketegangan di timur Ukraina, AS dan Uni Eropa akan berkoordinasi untuk memberikan ganjaran pada Rusia,” bunyi pernyataan Gedung Putih, seperti dikutip Reuters, Sabtu (21/6/2014).
Para pemimpin tiga negara itu dilanda kecemasan terkait aktivitas pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina. Kemarin, Kremlin menegaskan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin telah memerintahkan pengerahan banyak pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina. Namun, kebijakan Putin itu bukan untuk beperang melainkan untuk melindungi perbatasan Rusia.
Tepisah, Departemen Luar Negeri AS mengaku memiliki informasi jika Rusia telah menyebarkan tank-tank tempur dan artileri, yang berpotensi diberikan kepada kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Juru bicara departemen itu, Jennifer Psaki, juga mengklaim AS memiliki informasi jika pasukan Rusia sudah siaga di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina.
Sementara itu, Presiden Ukraina, Petro Poroshenko telah memerintahkan pasukan Ukraina untuk melakukan gencatan senjata dengan kelompok separatis pro-Rusia di Ukrina timur. Namun, jika kelompok separatis melanggar gencatan senjata dan tidak meletakkan senjata mereka, maka ancaman kematian setiap saat akan menghampiri mereka.
Moskow belum merespon ancaman sanksi keras dari tiga negara tersebut. Namun, pemerintah Rusia mengecam gencatan senjata yang diserukan Poroshenko sebagai ultimatum kepada separatis pro-Rusia, bukan tawaran untuk perdamaian.(mas)Ukraina Tangkap 90 Teroris dan Mata-mata Rusia Valentyn Nalyvaichenko, Kepala Dinas Kemanan Ukraina. Foto: Moscow Time/RadaTV
Dinas Keamanan Ukraina telah menangkap sekitar 90 orang yang dituduh teroris dan beberapa mata-mata yang bekerja untuk intelijen Rusia. Mereka yang ditangkap dianggap terkait dengan kegiatan subversif di wilayah Ukraina.
”Lebih dari 90 teroris dan mata-mata, termasuk 13 warga negara Rusia, telah ditangkap," bunyi pernyataan Dinas Keamanan Ukraina. Demikian laporan media Ukraina, Den, mengutip keterangan kepala Dinas Kemanan Ukraina, Valentyn Nalyvaichenko, Jumat (20/6/2014).
Menurut Nalyvaichenko, para tersangka tidak terlibat perang fisik dengan pasukan Ukraina di lapangan. ”Mereka agen intelijen profesional,” ujarnya.
Kepala keamanan, yang disebut pemerintah Rusia sebagai "agresor," itu juga mengatakan, bahwa saluran komunikasi antara Dinas Keamanan Ukraina dan Dinas Keamanan Federasi Rusia telah dipotong. Semua perjanjian bilateral intelijen dua negara itu juga dihentikan.
Sejak Presiden Ukraina pro-Rusia, Viktor Yanukovych, digulingkan pada bulan Februari 2014 lalu, pemerintah Ukraina yang baru telah berulang kali menuduh Rusia terlibat dalam kerusuhan separatis di Ukraina timur. Namun, Rusia juga kerap membantahnya.
0 komentar:
Posting Komentar