Jiwa ke-PKNinsme dalam diri seorang siswa

Ayo latihan soal PKN di sini.

Bergabung bersama kami dan selamatkan indonesia.

Jangan Hanya Menjadi Penonton Dalam Perkembangan Dunia.

Persenjataan Untuk Menyerang

Ayo lihat di blog ini.

Pro Evolution Soccer 2014

Lihat di Blog ini.

Minggu, 25 Mei 2014

Free Download Call of Duty Black Ops Full (Single Link)



Call of Duty Black Ops adalah game tembak-tembakan atau first person shooter yang sangat seru. Dalam game Call of Duty Black Ops ini kamu akan bermain sebagai Alex Mason yang merupakan anggota pasukan khusus, yang bertugas untuk menyelidiki sebuah misi rahasia dengan kode "Nova-6". Kamu tidak hanya bermain sebagai Alex Mason saja, tetapi terkadang kamu juga akan bermain sebagai Jason Hudson, dan beberapa karakter lainnya. Ada beberapa tokoh sejarah yang muncul dalam game yang dirilis oleh Activision ini, seperti John F. Kennedy.

Screenshot

Download :
Minimum System Requirements :
  • Processor : Intel Core 2 Duo E6600 atau lebih tinggi
  • RAM : 2 GB atau lebih tinggi
  • HDD : 8 GB free space
  • VGA Memory : 256 MB atau lebih tinggi
  • OS : Windows Xp, Vista, 7, 8, 8.1
Cara Install :
  1. Mount [BAGAS31] Call of Duty Black Ops.iso dengan Daemon Tools atau software Mounting lainnya.
  2. Jalankan Setup.exe, kemudian install seperti biasa
  3. Jika instalasi sudah selesai, copy semua file yang ada di folder Crack
  4. Paste di folder instalasi Call of Duty Black Ops
  5. ex : C:\Program Files\Call of Duty - Black Ops\
  6. Selesai :)

Free Download Far Cry 2 Full (Single Link)



Apabila sebelumnya saya sering posting tentang game sepak bola, kali ini saya akan posting game tembak-tembakan. Far Cry 2 adalah game tembak-tembakan atau yang biasa disebut First person shooter yang dirilis oleh Ubisoft pada tahun 2008 lalu. Walaupun game ini bukan merupakan game baru, namun grafik dan gameplay Far Cry 2 ini tidak kalah dengan game-game baru saat ini. Dalam game ini sobat dapat memainkan beberapa karakter yang berbeda, diantaranya adalah Warren Clyde, Quarbani Singh, Paul Ferenc, Xianyong Bai, Marty Alencar, dan lain-lain.

Screenshot

Download :
  • [Single Link] Far Cry 2 
  • Status  :  Tested (Windows 7)
Minimum System Requirements :
  • Processor : Intel Pentium 3.2 Ghz atau lebih tinggi
  • RAM : 1.5 GB atau lebih tinggi
  • Video Card : 256 MB atau lebih tinggi
  • HDD : 4 GB tersedia
  • DirectX : Versi 9.0c atau lebih tinggi
Cara Install :
  1. Ekstrak Far Cry 2 Fortune's Edition.rar dengan WinRAR.
  2. Jalankan setup_farcry2_1.0.0.7.exe kemudian install seperti biasa.
  3. Proses instalasi memakan waktu kurang lebih 30 menit.
  4. Jika muncul Command Prompt, jangan di-close, biarkan saja.
  5. Apabila proses instalasi sudah selesai, jalankan game-nya.
  6. Selesai :)

Garda Wibawa, Uji Nyali Dan Uji Tempur

Sepanjang pekan lalu dan pekan awal bulan depan ada dua mata ujian yang telah dan akan dilakoni TNI kita. Yang pertama adalah mata pelajaran uji nyali di Tanjung Datuk Kalbar.  Dengan mengerahkan sejumlah KRI, sejumlah jet tempur Hawk dan pesawat UAV berikut pasukan batalyon 641 Raider TNI AD maka pelajaran uji nyali di Tanjung Datuk lulus dengan mundurnya kapal perang Malaysia.  Meski begitu sejumlah KRI tetap bersiaga disana untuk memastikan “jalannya” kewibawaan teritori NKRI, garda wibawa.



Pada saat yang sama sebenarnya di perairan Ambalat saat ini sedang berlangsung operasi militer gabungan TNI “Garda Wibawa” yang melibatkan puluhan KRI dan sejumlah jet tempur dengan dukungan pasukan Kodam Mulawarman dan Kodam Wirabuana. Operasi militer ini untuk menguji koneksitas dan integrasi sistem pertempuran antar matra TNI.  Ambalat yang dijadikan medan uji simulasi sistem pertempuran, ternyata Tanjung Datuk menjadi ujian sesungguhnya.

Tank amfibi BMP3F sedang melakukan serbuan pantai


Sekedar membandingkan bedanya perairan Ambalat dengan Tanjung Datuk adalah, kalau di Ambalat kita yang bangun mercu suar di Karang Unarang lalu ada gangguan dari kapal perang Malaysia, tetapi pembangunan tetap jalan terus sampai selesai. Di perairan Tanjung Datuk pihak Malaysia yang berinsiatif membangun mercu suar di wilayah “abu-abu” itu tetapi dengan ketegasan hulubalang Republik, pembangunan mercu suar itu akhirnya dihentikan. Pelajaran dari kedua wilayah ini adalah jangan sekali-kali kita lengah karena sekali lagi terbukti perilaku jiran sebelah itu memang selalu ingin mencari kelengahan kita.



Pekan depan tepatnya sepanjang minggu pertama bulan Juni 2014 akan ada pergerakan 16.000 tentara khususnya di pulau Jawa.  Pergerakan militer itu dalam rangka menguji mata pelajaran militer yang lain yaitu uji tempur seluruh matra TNI bersama senjata-senjata strategis yang dimilikinya.  Setidaknya ada 40 an jet tempur berbagai jenis yang terdiri 8-10 Sukhoi, 6-8 F16, 12 T50, 2 F5E, 3 Super Tucano dan 10-12 Hawk akan bersileweran di langit Jawa untuk memerankan uji tempur pre emptive strike, menghancurkan musuh sebelum memasuki wilayah teritori Indonesia.  Musuh anggapan (musang) yang dijadikan target ada di perairan selatan Jawa yang bermaksud menyerang jantung Indonesia dari “pangkalan militer” dekat Bengkulu.



Maka segala cara militer dilakukan untuk mengobrak abrik pangkalan militer musang berkekuatan 1 brigade itu.  Mulai dari penembakan peluru kendali udara ke permukaan dari Sukhoi dan F16, penembakan peluru kendali Exocet MM40 Blok 3 dari KRI Sigma untuk menghancurkan kapal lawan.  Kalau kita melihat serial latihan gabungan yang dilakukan selama 3 tahun terakhir maka uji tembak senjata strategis yang dimiliki TNI AL sudah dilakukan mulai dari rudal C705, rudal C802, rudal Yakhont, Torpedo dan terakhir ini Exocet seri terbaru.  Jet tempur Sukhoi juga akan melakukan pertempuran udara dengan jet tempur musang lalu menembakkan rudal udara ke permukaan, Vympel KH29.

Rudal Yakhont ditembakkan dari KRI Oswald Siahaan


Puncak dari semua uji tempur dan uji tembak itu akan berakhir di pantai Asembagus Situbondo dengan serangan pantai ribuan pasukan Marinir dan akan disaksikan oleh Presiden SBY.  Serbuan pantai ini akan dikawal sedikitnya 30 KRI yang sebagian akan memuntahkan ratusan isi perutnya berupa tank amfibi BMP3F, PT76, BTR50, RM Grad, LVT7, Artileri, Roket, Rudal Qw3 dan senjata berat lainnya. TNI AD menyertakan ribuan prajuritnya bersama alutsista yang dimilikinya seperti tank Scorpion, Stormer, AMX13, artileri KH179, KH178, panser Anoa, panser Tarantula, heli tempur Mi35, Mi17, Bell412Ep dan lain-lain.



Meski uji tempur TNI memberikan kegembiraan gahar yang luar biasa karena kita bisa melihat perkembangan modernisasi TNI selama 5 tahun terakhir ini namun nilai gentar uji nyali di Tanjung Datuk lebih memberikan kebanggaan yang membuncah. Karena peristiwa unjuk kerja militer itu nyata, bukan simulasi.  Gerakan kapal perang RI yang dipimpin oleh KRI Sutedi Senaputra yang baru diperbaharui power dan persenjataannya bersama manuver Hawk Pontianak dan UAV memberikan efek ciutnya nyali pihak seberang.  Sayangnya banyak media yang tidak mengekspos peristiwa ini karena sibuk dengan berita pesta pilpres.  Bandingkan dengan berita Ambalat tempo hari.



Sementara itu terkait dengan uji tempur Latgab tahun ini perlu juga dicatat, bahwa belum pernah ada dalam catatan sejarah Latgab selama ini, pelaksanaan Latgab dilakukan dengan frekuensi sesering 4 tahun belakangan ini.  Tahun 2013 ada Latgab besar dengan 3 Hotspot, Sangatta, Flores dan Situbondo.  Lalu tahun ini dilakukan Latgab lagi dengan formula yang berbeda dengan Latgab sebelumnya.  Latgab tahun ini tidak lagi berpola defensif tetapi mengerahkan semua kekuatan yang ada untuk menyerang pangkalan militer negara Musang.

Artileri KH179 ikut meramaikan ledakan amunisi Latgab 2014


Latgab tahun ini mensinergikan kekuatan 3 matra dalam satu komando tempur gabungan dengan kurikulum baru : gebuk sebelum masuk (pre emptive strike). Sepertinya ini menguji dulu komando militer gabungan terpadu sebelum nantinya model pertahanan Kogabwilhan diresmikan Presiden SBY.  Sejak tahun 2008 sampai 2014 tercatat ada 4 kali TNI melakukan Latgab berskala besar.  Untuk ukuran Asia Tenggara belum ada negara yang menyaingi kemampuan Indonesia dalam memobilisasi pasukan dan alutsista dalam jumlah besar yang dilakukan oleh satu negara.



Kampanye militer Indonesia bukan untuk menakuti negara tetangganya tetapi ingin mengingatkan negara jiran dan sekaligus rakyat Indonesia sendiri.  Untuk negara jiran pesannya adalah kekuatan sejumlah ledakan demi ledakan yang dimuntahkan itu memberi pesan kuat agar berlaku sopan dalam etika berjiran.  Sedangkan untuk rakyat kita sendiri sebagai pertanggungjawaban atas perolehan sejumlah alutsista baru dan berteknologi.  Sekalian mengingatkan pada semua komponen bangsa bahwa pagar teritori yang dikawal itu sangat luas dan masih memerlukan sejumlah perkuatan gahar untuk garda wibawa.  



Su-47 Berkut, Cikal Bakal PAK FA T-50

Ketika kekaisaran Uni Sovet runtuh pada tahun 1991, banyak program pengembangan senjata yang terhenti, padahal kala itu perhatian Sukhoi terfokus pada pengembangan pesawat tempur demonstrator teknologi Su-37/47 Berkut (Golden Eagle).
Su-47 Berkut
Pesawat ini masih banyak menggunakan desain dari Sukhoi sebelumnya yaitu Su-27 Flanker dengan pengecualian sayap utamanya dibuat menyapu (maju) ke depan agar lebih lincah pada kecepatan subsonik. Bagian sayapnya menggunakan bahan komposit yang kuat namun ringan dan sistem fly-by-wire canggih plus mesin turbofan..

Empat prototipe Su-37/47 Berkut akhirnya selesai dibangun meskipun tidak diadopsi oleh Angkatan Udara Rusia, menjadikan Berkut hanya menjadi penghias dalam sejarah dirgantara. Namun bukannya tidak ada hasil karena pesawat ini memang sebagai demonstrator teknologi (purwarupa peraga teknologi). Data yang dikumpulkan dari berbagai uji terbang Berkut telah digunakan dalam pengembangan Su-35 (Su-27 modern) dan pesawat generasi kelima Rusia PAK FA T-50.

Penggunaan sayap forward-swept (menyapu ke depan) menjadikannya mampu bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan subsonik, memudahkan dalam lepas landas dan mendarat, mereduksi pencarian radar dan memiliki kontrol yang baik saat serangan sudut tinggi. Kerugian besar dari konfigurasi sayap yang condong ke depan adalah dapat menghasilkan stress load pada setiap sayap, memaksa pesawat berputar atau membungkuk dengan cara yang tidak wajar, yang akhirnya dapat menyebabkan bencana dalam situasi yang tidak tepat. Namun dalam desain Su-47 Berkut, sayap sengaja dibuat twisting/bending composite untuk mengurangi stress tersebut.

Saat Perang Dunia II, insinyur Jerman berhasil meluncurkan Ju 287, pesawat bomber multi-mesin. Pesawat ini didukung oleh 4 mesin turbojet Junkers Jumo 004 dengan dua mesin di pasang di bawah setiap sayap. Sayapnya sendiri high-mounted dan membengkok ke depan di sepanjang sisi badan pesawat. Satu prototipe diselesaikan dan kemudian diikuti dua pesawat lainnya yang tidak pernah selesai hingga akhir perang. Desain pesawat ini akhirnya diketahui pasukan Soviet saat minggu-minggu terakhir perang dan kemudian dipelajari oleh insinyur Soviet. Konsep sayap yang maju ke depan ini juga menjadi penelitian Amerika Serikat saat Perang Dingin, yang akhirnya terwujud pada pesawat demonstrator teknologi Grumman X-29. Pesawat ini pertama kali terbang pada 14 Desember 1984 dengan sebagian desain memanfaatkan badan pesawat Northrop F-5A "Freedom Fighter". Sama seperti Berkut, program X-29 yang sudah rampung juga tidak tidak pernah diadopsi militer AS.

Program Berkut sendiri lahir bersamaan dengan memudarnya kekaisaran Uni Soviet, yaitu pada tahun 1983. Angkatan Udara Soviet memulai pembangunannya bersama dengan Sukhoi. Pesawat ini awalnya lahir sebagai S-32 sebelum akhirnya "lulus" menjadi S-37 dan akhirnya Su-47. Program ini pertama kali bocor pada tahun 1996 dan Barat meyakini pengembangannya sebagai prototipe untuk pengembangan pesawat tempur generasi kelima Rusia -kala itu F-22 juga masih dikembangkan. Penerbangan pertama S-32 tercatat pada 25 September 1997 dan aksinya di depan publik tercatat pada Agustus 1999. Pesawat ini kemudian mampu mencapai kecepatan supersonik pada bulan Agustus 2000 dan diketahui pula bahwa S-37 itu hanyalah demonstrator teknologi yang tidak akan pernah masuk lini produksi. S-37 kemudian didesain ulang pada tahun 2002 menjadi Su-47.

Jatuhnya kekaisaran Soviet sebenarnya sangat mengancam kelanjutan pengembangan Su-32/37/47. Kementerian Pertahanan Rusia sendiri tidak memiliki dana yang cukup untuk menjaga keberlangsungan proyek. Sukhoi melanjutkan pengembangan Berkut sebagai usaha mandiri yang terbantu dengan hasil penjualan Su-27, dan berharap Berkut bisa menjadi demonstrator teknologi yang baik untuk pengembangan mesin-mesin terbang Rusia selanjutnya, khususnya Sukhoi. Program pengembangan akhirnya terus dilanjutkan meskipun terkesan merangkak. Tercatat selama uji coba, sang demonstrator ini terbang rata-rata dengan kecepatan maksimum Mach 1,6 (1960 km/jam).

Su-47 Berkut

Secara fisik, di luar bentuk sayapnya yang menyapu ke depan, Su-47 Berkut murni pesawat kebanyakan. Kokpit yang diambil dari Su-27 terletak di depan fuselage dan dibelakang short nose cone. Mesin dipasang di bagian belakang tersusun side-by-side, diantara twin, dan outward-canted vertical tail fins. Sementara inlet-nya (lubang udara) tetap, air scoop yang masing-masing tertanam di tepi depan sayap memberikan aliran udara tambahan untuk mesin saat kecepatan rendah. Di depan sayap utama terdapat canard kecil untuk meningkatkan kontrol dan lift. Undercarriage dan tricycle (desain roda tiga) juga dipinjam dari Su-27 demi mempercepat pengembangan.

Setiap tahap pengembangan dari Su-32/37/47 sudah dilengkapi dengan 2 mesin turbofan Aviadvigatel D-30F6 yang memiliki kemampuan afterburner (sama seperti yang dipasang pada pesawat interseptor Mikoyan MiG-31"Foxhound"). Output tercatat 18.700 pon (8.482 kg) dari daya dorong "kering" 32.000 pon (14.515 kg) yang dihasilkan dari proses afterburning (bahan bakar mentah dipompa ke pembuangan untuk menambah daya dorong/hentakan). Berkut final sejatinya menggunakan 2 mesin turbofan Lyulka AL-37FU/FP dengan thrust-vectoring.

Sejak awal, Berkut memang ditujukan sebagai demonstrator teknologi, dan tidak pernah bersenjata. Akhirnya program Su-47 selesai di 4 prototipe dan diyakini saat ini penerbangan dari keempatnya sudah dihentikan.

Su-32/37/47 Berkut
Jumlah produksi
4
Kru
1
Panjang
22,6 m
Lebar
15,16 m
Tinggi
6,3 m
Berat kosong
16.375 kg
Berat maksimum take-off
35.000 kg
Mesin
2 x Aviadvigatel D-30F6 thrust-vectoring
Kecepatan maksimum
2.710 km/jam
Jangkauan maksimum
3.300 km
Service Ceiling
18.000 meter
Rate of climb
233 m/detik
Varian
-Su-32 (produk awal 1996)
-Su-37 (produk revisi)
-Su-47 (produk final 2002)

Indonesia Perancis Bangun Pabrik Propelan, Mari Mengejar Ketertinggalan


Satu lagi kabar baik bagi Industri Pertahanan dalam negeri. Admin 4tube mendapat kabar, sudah ditanda tangani MoU kerja sama pembangunan pabrik propelan antara PT.DAHANA dengan Roxel serta Eurenco dari Prancis. Pengumuman kerja sama itu sendiri akan diumumkan oleh Kementrian Pertahanan dalam waktu sangat dekat.

Dalam kerjasama itu, semua pihak sepakat membangun pabrik propelan di kawasan Subang Jawa Barat. Pabrik seluas 50 ha ini nantinya dibangun di area PT. Dahana dan akan memakan waktu pembangunan selama 4 tahun. Diharapkan, groun breaking pertama pabrik propelan nasional ini akan berlangsung sebelum HUT TNI 5 oktober mendatang.Produk yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan, terutama bahan baku untuk membuat peluru, roket dan peluru kendali.

Roxel sendiri merupakan penghasil propelan ternama asal Prancis. Hampir semua Roket dan Rudal buatan eropa barat menggunakan propelan buatan Roxel. Diantaranya keluarga Exocet, Mistral, Rapier, hingga RBS-15 dan lainnya. Kabarnya juga, Roxel berpengalaman memasok propelan Munisi Kaliber Khusus untuk PT.Pindad

Sementara Eurenco merupakan perusahaan yang mengembangkan, memproduksi dan menyediakan aneka ragam bahan energetik untuk pertahanan dan pasar komersial. Termasuk untuk bahan isian propelan dan hulu ledak meriam, hingga rudal anti tank.

Upaya kemandirian di bidang propelan ini sendiri merupakan salah satu program utama KKIP. Industri propelan merupakan salah satu industri strategis menuju kemandirian di bidang Roket serta Peluru Kendali. Sehingga cita cita Roket serta Rudal nasional kini semakin mendekati kenyataan.


Indonesia Malaysia Bahas Sengketa Mercusuar


Pemerintah RI dan Malaysia akan duduk bersama membahas sengketa tapal batas wilayah menyusul rencana Malaysia membangun Mercusuar di Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat. Pertemuan akan berlangsung pada 26 Mei 2014 di Jakarta.  



Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyampaikan, pertemuan itu diikuti Kementerian Pertahanan, TNI dan Kementerian Luar Negeri.



"Pertemuan itu dipimpin Menteri Luar Negeri," kata Moeldoko di sela-sela Apel Kesiapan Latihan Gabungan TNI di Dermaga Komando Lintas Laut (Linlamil) Tanjung Priok, Jakarta, Minggu 25 Mei 2014.



Moeldoko kembali menegaskan, bahwa TNI telah mengusir pekerja bangunan agar menghentikan kegiatan pembangunan mercusuar tersebut serta menegakkan bendera merah putih di sana sebagai simbol bahwa wilayah itu merupakan kedaulatan Indonesia. 



Sedangkan bangunan mercusuarnya yang masih dalam proses itu belum dihancurkan. 



"Tidak usah dibongkar-bongkar. Kalau itu masih berada di wilayah Indonesia, saya akan dirikan bendera merah putih," ujar Doktor Bidang Ilmu Administrasi Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia itu.



Moeldoko menambahkan, pada 28 Mei mendatang TNI juga akan mengundang Gubernur Kalimantan Barat, bupati dan seluruh unsur TNI yang berada di sana untuk merumuskan secara detail kekuatan pertahanan.



"Kekuatan pertahanan di sana harus diperkuat," ujarnya.



Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio menuturkan, kapal TNI Angkatan laut selalu siaga di kawasan Tanjung Datuk untuk menjaga kedaulatan negara. 



"Tiga kapal perang, KRI Madang, KRI Barakuda, sudah berada di sana, karena wilayah ini masih menjadi perdebatan, dan harus kita jaga," katanya.

SBY : Indonesia Malaysia Harus Bahas Mercusuar Tanjung Datu

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan pembangunan mercusuar di Tanjung Datuk, Kalimantan Barat lewat pembahasan antara Indonesia dan Malaysia. Jika tidak ini akan melanggar aturan.
 
Presiden mengatakan jika Malaysia meniatkan pembangunan mercusuar di Tanjung Datuk harus dengan Indonesia. Mercusuar iti untuk kepentingan keselamatan pelayaran dan navigasi. Mercusuar itu juga tidak diberi identitas negara.
 
"Tanjung Datuk masih menjadi wilayah yang dipersengketakan, tentunya tidak baik kalau membangun begitu saja," kata SBY di Hotel Shangri-La, Manila, Filipina, Sabtu (24/5).
 
Seperti dilansir Situs Kepresidenan, Malaysia dalam proses membangun mercu suar di perairan TanjungDatuk. Wilayah tersebut masihmenjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia.
 
Namin, sikap pemerintah Indonesia meminta proses pembangunan mercu suar tersebut dihentikan. Lokasi pembangunan mercu suar berada di dalam garis landas kontinen Indonesia berdasarkan perjanjian RI– Malaysia tahun 1969.
 
Indonesia sudah melayangkan undangan untuk membahas masalah ini, dan Malaysia memberi respon yang positif. Presiden berharap kedua negara bisa menyeselesaikan persoalan ini dengan baik.
 
"Jika pembangunan mercusuar diperlukan untuk kepentingan navigasi, hal tersebut bisa dilakukan bersama, dan tidak perlu ada identitas negara. Indonesia sangat terbuka untuk menyelesaikan setiap sengketa perbatasan secara damai, menggunakan saluran politik dan demokrasi, sesuai dengan hukm internasional," jelas SBY.

Mabes : Malaysia Tidak Boleh Bangun Mercusuar Di Daerah Sengketa

Mabes TNI bersikap tegas atas aksi Malaysia yang membangun mecusuar di perairan sengketa di Tanjung Datu. Patok besi sudah dipasang para pekerja Malaysia, dengan dikawal angkatan bersenjata negeri jiran itu. TNI yang mengetahui aktivitas itu segera mengirim kapal perang.

"Itu wilayah abu-abu, itu status quo. Nggak boleh masuk," jelas Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (21/5/2014).

Kapal perang TNI dan pesawat pengintai segera bergerak melakukan pemantauan dan pemotretan. Kapal perang hanya berpatroli di sekitar pembangunan mercusuar itu.

"Jangan sampai mereka masuk perairan Indonesia," tegas Fuad.

Mabes TNI juga segera mengontak Kemlu untuk meminta melakukan langkah diplomasi terkait provokasi Malaysia yang membangun mercusuar itu.

"Agar dilakukan langkah diplomatik," terang Fuad.

Pada Selasa (20/5) pukul 17.00 WIB, setelah kapal perang TNI berpatroli terus berputar-putar di kawasan itu akhir Malaysia menghentikan pembangunan mercusuar. Namun tiga tiang pancang sudah terpasang di kawasan itu.

Astros II Pesawan TNI Akan Diuji Coba


Astros 2
Republik Indonesia melengkapi alat utama sistem pertahanan dengan misil Artillery Saturation Rocket System atau Astros II.

Tim dari Kementerian Pertahanan berkunjung ke Avibras, perusahaan swasta di Sao Paulo, Brasil yang memproduksi Astros II, Kamis (22/5) pagi waktu setempat (Kamis (22/5) malam WIB).
 

Tim dipimpin Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Laksda Rachmad Lubis. Rombongan diterima Presiden Avibras Sami Youssef Hassuani, Direktur Pengembangan Bisnis Internasional Leandro Villar, dan Manajer Pengembangan Bisnis Hans Kristensen.
 

Sami Youssef Hassuani mengatakan pemesanan atau pembelian Astros II bukan cuma kerja sama bisnis.
 

"Ini lebih dari sekadar kerja sama bisnis, tetapi juga kerja sama telnologi, dan kerja sama pertahanan antara Brasil dan Indonesia karena meski kami perusahaan swasta, angkatan bersenjata Brasil mendukung kami," kata Hassuani, seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia Usman Kansong dari Sao Paulo, Brasil.
 

Dalam rombongan Kemenhan, turut serta staf Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Bappenas, dan wartawan.
 

"Ini adalah bentuk keterbukaan informasi agar rakyat tahu untuk apa uang negara digunakan, juga dalam rangka good governance dan clean government," jelas Laksda Lubis kepada pihak Avibras.
 

Rombongan Kemenhan berkesempatan melihat langsung tahap-tahap produksi Astros II. Pekan depan akan dilakukan uji coba Astros II dan akan disaksikan Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin.
 

Kemenhan membeli Astros II sebanyak 32 paket terdiri dari truk peluncur, alat peluncur, misil berbagai ukuran dan jangkauan, termasuk training. Harga ke-32 paket Astros II mencapai US$404 juta. Kontrak pembelian sudah ditandatangani akhir tahun lalu.
 

Misil Astros generasi awal dipakai dalam Perang Teluk pada awal 1990-an. Malaysia juga memiliki Astros I yang berdaya jangkau hingga 100 kilometer. Sedangkan Astros II yang sedang dikembangkan oleh Avibras dengan jangkauan hingga 300 kilometer.
Ujicoba Astros II
Bertempat di São Paulo Brasil, Tim dari Kementerian Pertahanan berkunjung ke Avibras, Sao Paulo yang memproduksi Astros II, Kamis (22/5). Tim dipimpin Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Laksda Rachmad Lubis. Rombongan diterima Presiden Avibras Sami Youssef Hassuani, Direktur Pengembangan Bisnis Internasional Leandro Villar, dan Manajer Pengembangan Bisnis Hans Kristensen.

Sami Youssef Hassuani mengatakan pemesanan atau pembelian Astros II bukan cuma kerja sama bisnis.
“Ini lebih dari sekadar kerja sama bisnis, tetapi juga kerja sama telnologi, dan kerja sama pertahanan antara Brasil dan Indonesia karena meski kami perusahaan swasta, angkatan bersenjata Brasil mendukung kami,” kata Hassuani, seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia Usman Kansong dari Sao Paulo, Brasil.
Dalam rombongan Kemenhan, turut serta staf Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Bappenas, dan wartawan.

Astros 2
 Astros 2
image
Astros 2 TNI (photo: defense-studies.blogspot.com)
 Astros 2 TNI (photo: defense-studies.blogspot.com)
image


“Ini adalah bentuk keterbukaan informasi agar rakyat tahu untuk apa uang negara digunakan, juga dalam rangka good governance dan clean government,” jelas Laksda Lubis kepada pihak Avibras.

Rombongan Kemenhan berkesempatan melihat langsung tahap-tahap produksi Astros II. Pekan depan akan dilakukan uji coba Astros II dan akan disaksikan Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin.

IF-X Masuk Lini Produksi Massal 2022


Indonesia dan Korea Selatan sedang mengembangkan jet tempur. Program tersebut bernama Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KFX/IFX).

Untuk versi Indonesia diberi nama IFX. Untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat tempur generasi 4.5 ini, diperlukan waktu minimal 8 tahun. Program KFX/IFX atau pesawat tempur pesaing F-16 tersebut, dari pengembangan sampai meja produksi akan memakan waktu 8 tahun atau bisa diproduksi massal sesuai rencana pada tahun 2022.

“Untuk buat pesawat terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala fighter kalau pesawat kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022. Prototype harus terbang pada tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2 negara,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso  saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta seperti dikutip Rabu (21/5/2014).

Pesawat tempur IFX versi Indonesia akan dikembangkan dan diproduksi pada fasilitas PTDI di Bandung Jawa Barat. Pada tahun ini, akan memasuki masa Engineering and Manufacturing Development (EMD). Fase ini mundur 1 tahun dari jadwal.

Sebelum masa EMD, insinyur Indonesia mempelajari dan mempersiapkan kesiapan teknologi dan sumber daya manusia pesawat tempur.

“Seharusnya dimulai tahun 2013 tapi dimundurkan 1 tahun ke 2014 akibat adanya pergantian presiden di Korea Selatan,” sebutnya.

Budi menerangkan, teknologi pesawat KFX/IFX akan mengadopsi pesawat generasi 4.5 atau lebih unggul dari pesawat F16. Namun biaya pengembangan jauh lebih murah.
“Jadi pengin cari pesawat yang lebih canggih daripada F16 tapi target kita lebih murah daripada F16. Kira-kita seperti itu,” sbeutnya.

Prototype atau purwarupa IFX/KFX bisa mengangkasa mulai tahun 2020. Selanjutnya 2 tahun kemudian baru memasuki fase produksi massal. Budi menyebut bisa saja Indonesia melakukan pengembangan lanjutan karena pesawat harus disesuaikan dengan kondisi geografis dan ancaman terhadap Indonesia. Proses penyesuaian tersebut bisa memakan waktu 1 hingga 2 tahun.

“Semua Alutsista harus disesuaikan dengan kondisi negara sendiri. Apakah musuhnya, geografis atau kondisi lawannya. Apa yang terjadi di Korea kan berbeda dengan di Indonesia. Dia satu kontinen sedangkan negara kita dikelilingi lautan,” terangnya.

Budi menerangkan untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia, pesawat tempur pesaing F16 tersebut akan diproduksi sekitar 50 unit. Proses produksi dan pengiriman pesawat akan mulai berjalan sejak tahun 2022 hingga 2030. Alhasil program pengembangan pesawat tempur menghadapi pergantian pemerintahan berkali-kali

“Ini ganti presiden berkali-kali karena kita lihat selesai delivery terakhir pesawat itu mungkin 2030. Itu dari 2022 tapi kalau nambah lagi ya terus,” katanya.
 

Jaga Perbatasan dan Terus Perkuat Alutsista

Tanning Datuk, Kalimantan Barat (photo: satuharapan.com)
Tanning Datuk, Kalimantan Barat (photo: satuharapan.com)
Sengketa lahan antara Indonesia-Malaysia untuk wilayah Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat, kini dalam status quo. Tapi Malaysia, baru-baru ini, mengusiknya dengan mencoba membangun mercusuar di wilayah sengketa itu, bahkan proyek tersebut sampai melanggar batas wilayah RI.
“Kurang lebih ada sekitar satu mil — sesuai perhitungan TNI — masuk ke wilayah NKRI,” ungkap Panglima TNI Jenderal Moeldoko, di sela-sela kunjungan kerja di Markas Kodam IV/Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (23/5).

Namun, kini TNI memastikan tidak ada lagi aktivitas pembangunan tiang pancang suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk. TNI telah mengambil sikap tegas dengan menghentikan ulah lancung negeri jiran itu dan ‘mengusir’ seluruh pekerjanya.

“TNI telah mengambil langkah-langkah tegas untuk mempertahankan kedaulatan negara,” kata Moeldoko.
Langkah-langkah politik, menurut Jenderal Moeldoko, akan dilakukan pemerintah Indonesia dengan melayangkan protes atas sikap yang ditunjukkan negeri jiran itu.


Astros 2
Astros 2
Ujicoba Astros II
Bertempat di São Paulo Brasil, Tim dari Kementerian Pertahanan berkunjung ke Avibras, Sao Paulo yang memproduksi Astros II, Kamis (22/5). Tim dipimpin Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Laksda Rachmad Lubis. Rombongan diterima Presiden Avibras Sami Youssef Hassuani, Direktur Pengembangan Bisnis Internasional Leandro Villar, dan Manajer Pengembangan Bisnis Hans Kristensen.

Sami Youssef Hassuani mengatakan pemesanan atau pembelian Astros II bukan cuma kerja sama bisnis.
“Ini lebih dari sekadar kerja sama bisnis, tetapi juga kerja sama telnologi, dan kerja sama pertahanan antara Brasil dan Indonesia karena meski kami perusahaan swasta, angkatan bersenjata Brasil mendukung kami,” kata Hassuani, seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia Usman Kansong dari Sao Paulo, Brasil.
Dalam rombongan Kemenhan, turut serta staf Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Bappenas, dan wartawan.

Astros 2
 Astros 2
image
Astros 2 TNI (photo: defense-studies.blogspot.com)
 Astros 2 TNI (photo: defense-studies.blogspot.com)
image


“Ini adalah bentuk keterbukaan informasi agar rakyat tahu untuk apa uang negara digunakan, juga dalam rangka good governance dan clean government,” jelas Laksda Lubis kepada pihak Avibras.

Rombongan Kemenhan berkesempatan melihat langsung tahap-tahap produksi Astros II. Pekan depan akan dilakukan uji coba Astros II dan akan disaksikan Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin.

Tony Abbott Aims for Aircraft Carriers




Canberra class LHD (photo : Aus DoD)

TONY Abbott wants the navy’s new amphibious assault ships ­fitted out to carry Joint Strike Fighters — effectively turning the giant vessels into aircraft carriers.

The proposal, which would require comprehensive structural changes to the ships costing millions, comes at a time when the government is under pressure over budget cuts.

It would also require Australia to buy an alternative version of the fighter bombers already on order.

The Prime Minister’s proposal would bring Australia into line with the US, Britain and a number of other nations that plan to operate JSFs from their assault ships.

It is understood Mr ­Abbott has instructed planners working on his defence white paper to examine the possibility of putting a squadron of 12 of the short take-off and vertical landing version of the JSFs — the F-35B — on to the ships.

Mr Abbott has just announced the purchase of 58 JSFs for the RAAF at a cost of $12.4 billion, bringing the number on order to 72. They are all standard take-off and landing F-35As and not suitable for the navy.

The 27,000-tonne assault ships, officially designated Landing Helicopter Docks or LHDs, were intended to carry helicopters rather than fixed-wing aircraft.

Operating JSFs from them would require extensive modifications to accommodate the aircraft and their fuel, munitions and parts.

The Royal Australian Navy has not had an aircraft carrier since HMAS Melbourne was decommissioned in 1982. Having landing ships carrying fixed-wing aircraft would bring a new strategic dimension to the region.

The ADF has said repeatedly that putting JSFs on to the landing ships was not being considered, but a government spokesman said the idea had not been ruled out.

When Mr Abbott’s spokeswoman was asked to comment on the JSF plan, she responded with a statement saying: “As part of the defence white paper process, Defence is conducting a comprehensive Force Structure Review.

“This will examine a range of capabilities and will provide the government with options to ensure Australia maintains a sustainable, versatile and highly capable defence force in coming decades.”

It is not clear whether the Joint Strike Fighters under the navy plan would come from the 72 that have been ordered so far. Successive governments have indicated they would ultimately buy 100 JSFs.

Past public discussion about the landing ships has focused on their value in the region in dealing with the aftermaths of natural disasters such as tsunamis and earthquakes. Turning the LHDs into aircraft carriers would require a more detailed explanation to Australia’s neighbours.

The F-35B version of the JSF is being built for the US Marines and British forces to replace their effective but ageing British-built Harrier jump jets.

The Canberra-class assault ships will be able to land a force of more than 2000 personnel by helicopter and water craft, with all their weapons, ammunition, vehicles and stores.

It appears likely that the government will soon announce that it will order two new supply ships for the navy to be built in Australia.

The shipbuilding industry and unions have been warning for the past two years that more work is needed to bridge the so-called “Valley of Death’’ as current major projects end.

Defence Minister David Johnston told The Australian the government was “looking at plans and what ships can be built” but he would not say what class of vessel was likely to be selected.

The Australian has been told the most likely choice is the two navy support ships that Labor promised as its solution in the lead-up to the election.

(The Australian)

Iran Tingkatkan Kemampuan Rudal Jelajah Dan Rudal Balistik

 Akhir bulan lalu Arab Saudi menarik perhatian media karena memamerkan rudal balistik jarak menengah "DF-3" buatan China dalam sebuah parade militer besar. Demikian pula pameran pertahanan Iran 11 Mei lalu juga menjadi pemberitaan berbagai media dunia.


Rudal Hormuz-1 dan Hormuz-2


Pameran ini merupakan pameran pertahanan dari Aerospace Force of the Army of the Guardians of the Islamic Revolution (AFAGIR) Iran, yang menampilkan berbagai macam senjata anti-access/area-denial (A2/AD), seperti radar, rudal jelajah dan balistik baru buatan dalam negeri, termasuk mock-up dari UAV RQ-170 Amerika Serikat yang Iran peroleh (karena jatuh) pada tahun 2011 lalu. 

Pameran ini dianggap sebagai pameran berkelas, karena yang hadir adalah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khomeni dan rombongan besar yang utamanya terdiri dari perwira militer Iran.


Setelah upaya Iran mengembangkan rudal balistik anti kapal selam (ASBM) dengan melengkapi rudal jarak pendek Fateh-110 berbahan bakar padat dengan sistem pencari elektro optik, Iran kemudian mengembangkan dua varian baru dari rudal Fateh-110, yaitu Hormuz-1 dan Hormuz-2. Hormuz-1 disebutkan memiliki kemampuan anti radar, menggunakan passive anti-radiation seeker yang mirip dengan rudal HARM Amerika Serikat atau rudal hipersonik KH-31P Rusia. Rudal ini dikatakan bisa menembus sistem pertahanan rudal Patriot dan THAAD, serta radar lainnya yang digunakan oleh AS dan sejumlah negara Teluk. Dengan tampilan eksterior yang sama dengan Fateh-110, rudal Hormuz-2 dikatakan akan berperan sebagai rudal anti kapal.

 

Dengan dibuatnya rudal Hormuz-2 anti-radiation, analis menilai Iran akan mengoperasikannya bersama dengan rudal Khaleej Fars electro-optically guided, digambarkan kombinasi dua rudal ini akan menghasilkan serangan 'saturation' pada kapal jelajah dan perusak AS. Memang sistem pertahanan rudal AS dinilai efektif dalam menghadapi rudal-rudal Iran dalam berbagai situasi tempur, namun digunakannya juga rudal anti-radiation akan memaksa kapal-kapal perang AS mencegat rudal tersebut, sehingga akan mengurangi jumlah rudal dalam stok untuk mencegat rudal Iran lainnya (seperti Khaleej Fars). Seperti halnya Fateh-110, rudal Hormuz-1 dan Hormuz-2 juga memiliki jangkauan 300 kilometer. Video tentang rudal Hormuz-1 yang dirilis oleh pemerintah Iran, bisa dilihat dibawah ini.



Senjata lain yang ditampilkan Iran dalam pameran ini adalah "Ya Ali", rudal jelajah untuk serangan darat. Rudal ini masih dalam warna prototipe, menjadi yang terunik diantara item rudal lain yang ditampilkan, menunjukkan bahwa rudal ini masih dalam pengembangan atau belum digunakan militer Iran. Hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai rudal Ya Ali, namun disebut-sebut rudal ini sudah memiliki jangkauan 700 kilometer. 

Bila saatnya rudal ini sudah melengkapi militer Iran dalam jumlah besar dan dilengkapi dengan sistem pemandu modern, tentu akan membuat suhu keseimbangan militer di kawasan teluk semakin panas. Dibandingan dengan sistem pertahanan anti rudal balistik, sistem pertahanan anti rudal jelajah masih dalam pertumbuhan. Uni Emirat Arab menjadi satu-satunya negara di Teluk yang mengakuisisi sistem pertahanan jarak pendek untuk rudal jelajah, yaitu sistem Pantsir dari Rusia. 

Sementara rudal Ya Ali baru kali ini ditampilkan ke publik, namun sebenarnya ini bukan rudal pertama dari jenisnya yang Iran telah umumkan. Pada September 2012, seorang pejabat tinggi Iran mengatakan akan menampilkan rudal jelajah Meshkat dengan  jangkauan 2.000 kilometer.


Rudal Ya Ali

Namun rudal ini (Meskhat) tidak pernah ditampilkan, dan diketahui bahwa Iran telah memperoleh sejumlah rudal jelajah jarak menengah (peluncuran dari udara) era Uni Soviet dari Ukraina. Pada tahun 2013, ada laporan Ancaman Rudal Jelajah dan Balistik oleh National Air and Space Intelligence Center Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa Meshkat adalah rudal jelajah dengan hulu ledak konvensional dengan jangkauan 2.000 kilometer, bisa diluncurkan dari udara, kapal perang, dan sistem peluncur lainnya yang berbasis darat. Tapi untuk rudal Ya Ali tidak disebutkan dengan jelas, apakah rudal jelajah jarak pendek ini juga bisa diluncurkan dari pesat terbang dan kapal perang.
 

Item lain terkait kemampuan A2/AD yang ditampilkan Iran adalah versi rudal balistik Zelzal-3 yang dilengkapi dengan hulu ledak cluster, dan bom Raad-301 precision guided. Rudal Zelzal-3 adalah rudal balistik dengan hulu ledak cluster pertama yang ditampilkan Iran kepada publik.
 

Sudah banyak amunisi presisi udara lain buatan Iran yang seperti Raad-301. Namun sebagian besar adalah bom laser-guided and electro-optically guide, sedangkan Raad-301 dinilai memanfaatkan panduan GPS. Mengingat juga bahwa pameran ini dilaksanakan oleh IRGC dan bukan oleh Angkatan Udara, maka bisa diasumsikan bahwa Raad-301 dimaksudkan untuk menjadi pelengkap tempur bagi UAV IRGC seperti Shahed-129 (kelas predator) dan UAV tempur bertenaga jet Karrar. Dengan Raad-301, artinya UAV Karrar akan berkontribusi lebih dalam pertempuran, sekaligus melengkapi variasi serangan Angkatan Bersenjata Iran.

TNI AD Juara Umum Ajang AASAM Tujuh Kali Berturut-Turut


Indonesian sniper team Private M. Mulyana and 2nd Sergeant M. Mansur shoot at Robotic Smart Targets from Marathon Targets during Match 203 for Sniper Panoramic. The match is fired from any supported position at stationary and moving targets between 150 and 1000m. Robotic Smart Targets from Marathon Targets were used for the first time at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian sniper team Private M. Mulyana and 2nd Sergeant M. Mansur shoot at Robotic Smart Targets from Marathon Targets during Match 203 for Sniper Panoramic. The match is fired from any supported position at stationary and moving targets between 150 and 1000m. Robotic Smart Targets from Marathon Targets were used for the first time at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).

JAKARTA-(IDB) : Tim petembak TNI AD kembali mengukir prestasi membanggakan sebagai juara umum pada kejuaraan menembak tingkat internasional, Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2014, dengan perolehan medali 32 emas, 15 medali perak dan 20 medali perunggu, di Australia pada tanggal 5 hingga 16 Mei 2014.

Sedangkan urutan ke 2 ditempati tim petembak tuan rumah Australia dengan perolehan medali 6 emas, 15 perak dan 20 perunggu. Adapun diurutan ketiga ditempatkan tim petembak dari tentara Brunai Darusallam dengan perolehan medali 5 emas, 4 perak dan 1 Perunggu.

 Team Shot: the shooters from Brunei are tough competition every year. All the best for 2014!
Team Shot: the shooters from Brunei are tough competition every year. All the best for 2014!

 Team Shot: the Royal Australian Air Force 23 Squadron firers have been impressing on the range this year. Good luck RAAFies!
Team Shot: the Royal Australian Air Force 23 Squadron firers have been impressing on the range this year. Good luck RAAFies!

 Scores: MATCH 47: LSW Individual Aggregate, International
Scores: MATCH 47: LSW Individual Aggregate, International

image

image

Gelar sebagai juara umum yang diraih TNI AD ini merupakan yang ke 7 kalinya diperoleh secara berturut-turut dari tahun 2008 hingga 2014. Pada pelaksanaan tahun 2014 kali ini diikuti oleh 16 tim petembak dari tentara Negara di kawasan Asia Pasifik yaitu Indonesia, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jepang, Fhilipina, Thailand, Timor Leste, Papua Nugini, Singapura, Brunai Darussalam, New Zealand, New Caledonia, Papua Nugini dan Tonga.

image
Philippines Army Shooting Team member Technical Sergeant Eric B. Guiniling, at the Mechanical Target Range (MTR), fires his 5.56mm M16 A2 assault rifle in the prone unsupported position with sling during Match 12. Match 12 is an advanced application of fire where firers engage their targets at ranges from 100m to 300m from all conventional positions both supported and unsupported.


Team Shot: British Army soldiers from the 2nd Battalion, Royal Gurkha Rifles, (l-r) Rifleman Deepak Gurung, Lance Corporal Suye Gurung, LCPL Bal Bakadur Gurung, Signaller Pardeep Gurung and Rifleman Niran Rai. Hope you've enjoyed the competition!
Team Shot: British Army soldiers from the 2nd Battalion, Royal Gurkha Rifles, (l-r) Rifleman Deepak Gurung, Lance Corporal Suye Gurung, LCPL Bal Bakadur Gurung, Signaller Pardeep Gurung and Rifleman Niran Rai. Hope you’ve enjoyed the competition!


Singapore's Corporal Muhamad Firdalis Bin Tarmid fires his SAR 21 in the keeling unsupported position at the 100m mound during Match Four. Match Four is designed for individuals to supply basic application of fire at 100m employing snap fire with position changes after a 100m run. The run is to induce a level of stress and fatigue on the competitors.
Singapore’s Corporal Muhamad Firdalis Bin Tarmid fires his SAR 21 in the keeling unsupported position at the 100m mound during Match Four. Match Four is designed for individuals to supply basic application of fire at 100m employing snap fire with position changes after a 100m run. The run is to induce a level of stress and fatigue on the competitors.


1st Battalion, Royal Australian Regiment, sniper team Corporal (CPL) Brodie Keating and Private (PTE) Luke Barnes win the 'Matty Lambert Memorial Trophy' for best ADF Sniper Pair at AASAM 2014. The pair also came third in the overall standings.
1st Battalion, Royal Australian Regiment, sniper team Corporal (CPL) Brodie Keating and Private (PTE) Luke Barnes win the ‘Matty Lambert Memorial Trophy’ for best ADF Sniper Pair at AASAM 2014. The pair also came third in the overall standings.


Kasad Jenderal TNI Budiman dalam acara menerima laporan kembali tim petembak bertempat di Mabesad, Kamis (22/5), menyampaikan ucapan selamat datang di tanah air dan ucapan terima kasih atas prestasi membanggakan, yang telah dipersembahkan kepada TNI Angkatan Darat, bangsa dan Negara.

Menurut Kasad, keberhasilan ini membuktikan kepada Angkatan Darat negara sahabat, bahwa TNI Angkatan Darat senantiasa membangun diri menjadi tentara modern yang profesional, tentara yang hanya fokus pada tugas pokoknya sebagai alat pertahanan yang tangguh dan patut dibanggakan rakyatnya.


Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin keeps occupied as he wait for his turn to shoot at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin keeps occupied as he wait for his turn to shoot at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).


Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).


Indonesian Army Shooting Team member Lance Corporal (LCPL) Mansur keep his team occupied with a bit of ball skills, as they wait for their detail to shoot at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian Army Shooting Team member Lance Corporal (LCPL) Mansur keep his team occupied with a bit of ball skills, as they wait for their detail to shoot at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).


image

 l-r. US Army's sniper team Sergeant Jason Fairchild and Staff Sergeant Mitchell Shaw, competing in Match 201, the Sniper Snap. The match tests the sniper team in rapid target acquisition. Targets appear from 200 to 1,000m. The match is only one of seven matches over five days of competition for the best international sniper team which is part of this year's Australian Army Skill at Arms Meeting
l-r. US Army’s sniper team Sergeant Jason Fairchild and Staff Sergeant Mitchell Shaw, competing in Match 201, the Sniper Snap. The match tests the sniper team in rapid target acquisition. Targets appear from 200 to 1,000m. The match is only one of seven matches over five days of competition for the best international sniper team which is part of this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting

 image

image


Lomba tembak Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) merupakan ajang lomba tembak tahunan yang diselenggarakan oleh Angkatan Darat Australia sejak tahun 1984 dan untuk pertama kalinya dibuka untuk kontingen petembak Internasional pada tahun 1988.

 The Japanese Cheer Squad - these competitors had a day off from shooting today so showed their support to their team members during the machine gun pairs match. ???????
The Japanese Cheer Squad – these competitors had a day off from shooting today so showed their support to their team members during the machine gun pairs match. ???????

 Team Shot: The Chinese shooting team have proven tough competition in their first year competing at AASAM! ???? (Good luck)!
Team Shot: The Chinese shooting team have proven tough competition in their first year competing at AASAM! ???? (Good luck)!

 Team Shot: the British Army Shooting Team at AASAM. Thanks for the brilliant bagpipe display from Pte Fraser Hall - awesome stuff! Photo by Sergeant Brian Hartigan
Team Shot: the British Army Shooting Team at AASAM. Thanks for the brilliant bagpipe display from Pte Fraser Hall – awesome stuff!

 Portrait: Private Melissa Elias, 8th Signals Regiment. Photo by Sergeant Brian Hartigan
Portrait: Private Melissa Elias, 8th Signals Regiment.

Adapun materi yang diperlombakan adalah materi perorangan maupun tim pada nomor senapan, pistol, senapan otomatis (SO) dan gabungan senapan dan SO. Senjata yang digunakan prajurit TNI AD pada kejuaraan AASAM adalah produk dalam negeri yaitu produk PT Pindad (Persero) antara lain senapan serbu SS2-HB (Heavy Barrel), senapan Mesin SM-2 dan SM-3 serta pistol G2 versi Elite.