Rompi anti peluru (Bulletproof vest) adalah baju pelindung atau baju
zirah yang melindungi bagian tubuh seperti dada, perut, dan punggung
orang yang memakainya dari proyektil peluru dan serpihan dari ledakan
granat. Umumnya digunakan oleh personel militer dan orang-orang yang
memiliki risiko terkena tembakan.
Jenis rompi anti peluru
Rompi anti peluru dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Soft Body Armor dan Hard Body Armor.
a. Soft body armor
Soft body armor adalah rompi anti peluru yang terbuat dari serat aramid
(aramid fibres). Satu lapisan Kevlar tebalnya kurang dari 1 mm, umumnya
standar baju terdiri hingga 32 lapisan dan beratnya biasa mencapai 10
kg. Rompi ini cenderung lebih ringan sehingga menguntungkan untuk
digunakan dalam tugas-tugas penyamaran, atau pengamanan bagi personel
intelijen.
|
Soft body armor |
b. Hard Body armor
Dengan menambahi soft body armor dengan lapisan tertentu, dapat
dihasilkan rompi anti peluru hard body armor. Umumnya lapisan terbuat
dari keramik (Al2O3 "Alumina"), lempengan logam atau komposit. Bentuknya
yang tebal dan berat menjadikannya tidak comfort, hingga jarang
dikenakan dalam tugas keseharian. Hanya dalam tugas khusus yang beresiko
tinggi, seperti operasi militer atau operasi tim SWAT yang akan
mengenakan hard body armor.
|
Hard body armor |
Bahan pembuat rompi anti peluru
Bahan yang digunakan untuk membuat rompi anti peluru selalu mengalami
perkembangan seiring hasil penemuan-penemuan baru. Secara umum
bahan-bahan yang digunakan adalah:
a. Aramid (Kevlar)
Material ini ditemukan oleh Stephanie Kwolek pada tahun 1964, seorang
ahli kimia berkebangsaan Amerika, yang bekerja sebagai peneliti pada
perusahaan DuPont. Aramid adalah akronim dari kata aromatic polyamide.
Aramid memiliki struktur yang kuat, alot (tough), memiliki sifat
peredam yang bagus (vibration damping), tahan terhadap asam (acid) dan
basa (leach), selain itu dapat menahan panas hingga 370°C, sehingga
tidak mudah terbakar. Produk yang dipasarkan dikenal dengan nama Kevlar.
Kevlar memiliki berat yang ringan, tapi 5 kali lebih kuat dibandingkan
baja.
|
Ikatan molekul aramid |
|
Anyaman aramid (Kevlar) |
b. Vestran
Vestran adalah polymer kristal cair (liquid crystal polymer). Seratnya
memiliki kekuatan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan kevlar.
|
Bahan vestran |
c. Jaring Benang Laba-laba (Spider Silk)
Jaring benang laba-laba terdiri dari ikatan molekul protein yang
panjang. Benang ini tidak hanya memiliki kemampuan dapat menahan beban
yang ekstrem, tapi juga sekaligus memiliki sifat elastisitas yang sangat
tinggi, hingga kalau ditarik dapat memanjang sebanyak 40%. Sifat
elastis ini berasal dari butiran-butiran cairan kecil yang terdapat pada
benang, yang kalau dilihat bentuknya seperti kalung mutiara atau
tasbih. Spider Silk ini memiliki kekuatan 15 kali lebih kuat dari baja atau 3 kali lebih kuat daripada Kevlar.
|
Ikatan molekul benang laba-laba |
|
Struktur benang laba-laba |
d. CNT (Carbon Nanotubes)
Kandidat material selanjutnya adalah CNT. Ditemukan tahun 1991 oleh
Professor Sumio Iijima dari Jepang. CNT merupakan susunan ukuran karbon C
yang berukuran sangat kecil "nano" (0,000000001) dan berbentuk seperti
pipa (tube), yang dindingnya tersusun seperti rumah lebah. Diperkirakan
material ini lebih kuat dibandingkan dengan benang laba-laba.
|
Struktur CNT |
Prinsip Kerja Rompi Anti Peluru
Prinsip kerja rompi anti peluru adalah dengan mengurangi sebanyak
mungkin lontaran energi kinetik peluru, dengan cara menggunakan
lapisan-lapisan serat untuk menyerap energi laju tersebut dan memecahnya
ke penampang rompi yang luas, sehingga energi tersebut tidak cukup lagi
untuk membuat peluru dapat menembus rompi.
Dalam menyerap laju energi peluru, rompi mengalami deformasi yang
menekan kearah dalam (shock wave), tekanan kedalam ini akan diteruskan
sehingga mengenai tubuh pengguna. Batas maksimal penekanan ke dalam
tidak boleh lebih dari 4,4 cm (44 mm). Jika batasan tersebut dilewati,
maka pengguna baju akan mengalami luka dalam (internal organs injuries),
yang tentunya akan membahayakan keselamatan jiwa.
|
Tekanan peluru pada rompi anti peluru. Serapan laju energi peluru yang menyebabkan lapisan rompi mengalami deformasi |
Sedangkan gambar di bawah ini menunjukan bahwa anggapan pemakai baju anti peluru
dapat terhindar sepenuhnya dari cidera yang dihasilkan oleh tembakan
adalah salah!
|
Penembusan pada rompi anti peluru |
Fungsi utama rompi anti peluru hanyalah untuk menahan peluru, sehingga
peluru tidak sampai masuk ke dalam tubuh pemakai baju, yang dapat
menyebabkan kematian.
Tingkatan Rompi anti peluru
Standar rompi anti peluru yang paling banyak digunakan adalah standar
NIJ (National Institute of Justice) Amerika. Berdasarkan standar ini,
rompi anti peluru dibagi menjadi beberapa tingkatan (level), yaitu level
I, II-A, II, III-A, III, dan IV. Level I adalah tingkatan yang
terendah, rompi hanya dapat menahan peluru yang berkaliber kecil.
|
Munisi yang mampu ditahan rompi anti peluru sesuai levelnya. |
Level dari rompi anti peluru menunjukkan bahwa kemampuan untuk
menahan tekanan dari peluru, semakin rendah levelnya maka kemampuan rompi
tersebut semakin rendah begitu juga sebaliknya.
Rompi anti peluru, baik yang soft maupun hard hanya berfungsi untuk
menahan peluru agar tidak menembus tubuh pemakai rompi anti peluru.
Tetapi daya dorong dari peluru tetap akan terasa dan bisa berdampak
kurang baik, misalnya memar dan patah tulang. Kedepan diharapkan bahwa
Tentara Nasional Indonesia dapat menggunakan rompi anti peluru dengan
teknologi nano.
0 komentar:
Posting Komentar