Minggu, 25 Mei 2014

Langkah Indonesia Sikapi Sengketa Tanjung Datu


TNI AL Siagakan 2 KRI di Wilayah Tanjung Datu

TNI Angkatan Laut (AL) terus meningkatkan pengamanannya di seluruh pulau terluar menyusul memanasnya kembali hubungan Indonesia dan Malaysia terkait pembangunan tiang pancang mercusuar di wilayah perairan Tanjung Datu, Kalimantan Barat. TNI AL juga menyiagakan dua kapal Republik Indonesia (KRI) di wilayah Tanjung Datu.
 
Hal tersebut ditegaskan Panglima Armada Barat Marsekal Muda TNI Arief Rudianto di Markas Lantamal Belawan, Medan, Kamis (22/5/2014). Ia mengatakan pihak Malaysia sudah mundur dari wilayah tersebut.
 
"Malaysia sudah mundur, mereka sudah meninggalkan daerah itu karena kita sudah menjaga oleh KRI dan pos kita tempatkan personel disana. Jadi, situasinya sudah tenang, tinggal nanti pemerintah yang menyelesaikan," ujarnya.
 
Dua KRI yang dikerahkan mengamankan wilayah Tanjung Datu yaitu KRI Krait dan KRI Baracuda yang disiagakan untuk mengantisipasi pihak Malaysia masuk kembali ke wilayah tersebut meski kini proses pembangunan sudah dihentikan.
 
Selain itu, pasca peristiwa tersebut Komando Armada Barat juga meningkatkan pengamanan di seluruh pulau-pulau terluar yang ada di kawasan barat hingga timur Indonesia. Namun, Arief menyatakan sejauh ini TNI AL belum mengeluarkan ultimatum kepada Malaysia agar tidak terus mencoba memasuki wilayah NKRI. Pasalnya, sejauh ini penyelesaian tersebut masih bisa dilakukan lewat jalur diplomatik kedua negara yang kerap bertikai terkait sengketa pulau yang ada di perbatasan.

Indonesia "Lamban Soal Isu Perbatasan" Dengan Malaysia

Pengamat menilai tindakan marinir Malaysia yang membangun mercusuar di daerah sengketa Tanjung Datuk merupakan tindakan yang kurang terhormat.


Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pertahanan Bantarto Bandoro mengatakan insiden ini "merupakan indikasi bahwa mereka (Malaysia) tidak akan mengorbankan kedaulatan mereka."

"Jadi ini sebuah tindakan yang menurut saya tidak terlalu terhormat. Dan Indonesia tentu harus protes sampai ada kepastian soal status Tanjung Datuk itu," katanya.


Seperti diketahui, marinir Malaysia diketahui tengah membangun fondasi mercusuar di daerah Tanjung Datuk, kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jendral Fuad Basya.


"Kejadian itu berada di wilayah abu-abu, yang seharusnya wilayah itu steril, status quo," kata Fuad.

"Lamban"


TNI mengatakan sudah mengirim laporan kepada Kementrian Luar Negeri agar masalah ini bisa ditindaklanjuti.


Sementara itu, sejumlah personil TNI dilaporkan masih berjaga-jaga di perbatasan Indonesia (sekitar Tanjung Datuk) untuk mengantisipasi adanya pelanggaran lain.


Namun Bantarto menilai hingga saat ini Indonesia cenderung lamban dalam merespon sengketa perbatasan.


"Kalau kita lihat statistiknya banyak sekali entah itu Ambalat, Sipadan Ligitan, sampai Tanjung Datuk."


"Indonesia kurang alert, inilah yang membuat Malaysia merasa bahwa mereka bisa berbuat apa saja, katena toh tidak ada tindakan-tindakan kongkrit," sambung Bantarto.

Selidiki Mercusuar Malaysia, TNI Menyamar Jadi Wartawan

Anggota TNI sempat melakukan penyelidikan soal pembangunan Mercusuar di Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, perbatasan Kalimantan Barat. Salah satunya adalah dengan cara menyamar sebagai wartawan.

Hal ini disampaikan Panglima Kodam XII/Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Andi Ibrahim Saleh, Rabu, 21 Mei 2014. Dia mengatakan mengirim TNI yang menyamar setelah kasus ini mencuat awal pekan ini. Tujuannya adalah mencari tahu siapa yang memerintahkan pembangunan mercusuar.

"Anggota kami masuk di sana menyamar jadi  wartawan. Ditanya siapa yang perintahkan ini (membangun mercusuar), kata mereka perintah dari Kerajaan Malaysia,” kata Andi.

Namun ketika dikonfirmasi ke konsulat jenderal Malaysia Pontianak, mereka mengaku tidak tahu. Pengakuan yang sama disampaikan oleh Panglima Divisi Satu yang merangkap Panglima Divisi dua di Sawarak, Malaysia.

"Apakah ini memang ada pembusukan atau ada satu trik-trik untuk mengambil kesempatan dalam pemilu kita. Mudah-mudahan tidak seperti itu, tapi karena ada kepentingan lain. Karena mereka bangun di patok paling ujung, kurang lebih 115 meter dan dibangun di laut," kata Andi.

Andi mengatakan sebelumnya Malaysia mengirimkan delapan kapal untuk membangun mercusuar di wilayah Indonesia itu. Kapal TNI berhasil mengusir kapal-kapal yang telah mengganggu warga mencari ikan tersebut.

“Kapal Malaysia terdiri dari satu yang mengawal empat tongkang dan tiga Tugboat. Sudah ada tiga pancang," kata Andi.

TNI memutuskan untuk mengirim KRI mengusir kapal-kapal itu. "Saya tak sempat bawa senjata. Kalau saya bawa senjata, saya tembak untuk mengusir saja. Tapi mutar-mutar mereka juga sudah takut,” kata Andi.

0 komentar:

Posting Komentar