TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melakukan pemantauan kualitas udara terhadap sejumlah kota besar yang terdampak erupsi Gunung Kelud. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH Henry Bastaman mengatakan pemantauan itu dilakukan di kota Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan Bandung.
Berdasarkan pengukuran berkelanjutan stasiun pemantau (Air Quality Monitoring System-AQMS) KLH di kota Surabaya, hingga tanggal 14 Februari 2014 pukul 15.00 WIB. dilaporkan perkembangan kondisi parameter PM (Partikulat Matter) 10 yaitu :
Jam 06.30 = 148 ug/m3
Jam 07.30 = 192 ug/m3
Jam 09.40 = 214 ug/m3
Jam 13.00 = 246 ug/m3
Jam 13.30 = 240 ug/m3
Jam 15.00 = 219 ug/m3
"Dari hasil pengukuran tersebut, mulai jam 09.40 indikasi kualitas udara masuk dalam kategori sangat tidak sehat," ujar Henry dalam pernyataannya, Sabtu(15/2/2014).
Pengujian kualitas udara menggunakan parameter PM 2.5 di Surabaya, Semarang, Yogyakarta dan Bandung sedang dalam proses pengujian di laboratorium Pusarpedal dan Batan. Oleh karena itu kata Henry pihaknya belum bisa mempublikasikan hasil pemantauan kualitas udara.
Particulate matter (PM) adalah istilah untuk partikel padat atau cair yang ditemukan di udara. Partikel dengan ukuran besar atau cukup gelap dapat dilihat sebagai jelaga atau asap. Sedangkan partikel yang sangat kecil dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
PM-10 Standar merupakan partikel kecil yang bertanggung jawab untuk efek kesehatan yang merugikan karena kemampuannya untuk mencapai daerah yang lebih dalam pada saluran pernapasan. PM-10 termasuk partikel dengan diameter 10 mikrometer atau kurang. Standar kesehatan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 untuk PM-10 adalah 150 µg/Nm3.
Efek utama bagi kesehatan manusia dari paparan PM-10 meliputi: efek pada pernapasan dan sistem pernapasan, kerusakan jaringan paru-paru, kanker, dan kematian dini. Orang tua, anak-anak, dan orang-orang dengan penyakit paru-paru kronis, influenza, atau asma, sangat sensitif terhadap efek partikel. PM-10 yang asam juga dapat merusak bahan buatan manusia dan merupakan penyebab utama berkurangnya jarak pandang.
Mengingat kondisi lingkungan yang sangat tidak sehat akibat dampak letusan gunung Kelud tersebut, KLH menyarankan masyarakat di kawasan yang terkena hujan abu vulkanik untuk tidak keluar ruangan dulu jika dimungkinkan.
"Jika harus keluar, harus gunakan masker. Selain masker, juga disarankan untuk menggunakan pelindung kepala untuk mencegah debu mengenai daerah kepala dan menggunakan kaca mata untuk melindungi mata, serta minum air putih yang cukup, 3-4 liter per orang per hari," ujarnya.
www.allyoucanshare.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar