Sabtu, 21 Juni 2014

Antara Hovercraft dan mobil Esemka, Inikah Sebenarnya Wajah Negeri Ini?


“Semoga Esemka tidak bernasib sama. Basri Hasan”
Sahabat-sahabatku yth.,
seminggu terakhir ini saya antusias mengikuti berita heboh mengenai mobil bikinan anak-anak SMK di Solo, yang dikritik habis oleh sebagian pejabat pemerintah Indonesia. Ini membawa kenangan saya kembali ke periode 2004 – 2007 ketika kami berusaha dan hampir berhasil membangun Industri HOVERCRAFT, tapi berhasil dengan sukses dimatikan justru oleh pejabat-pejabat yang sesungguhnya sangat bisa membantu merubah sejarah otomotif Indonesia, tapi memilih untuk bersikap sebaliknya.

Pejabat Indonesia yang visioner dan mengambil tindakan sangat berani saat itu ialah KASAL Laksamana Slamet Soebijanto. Begitu diangkat jadi KASAL, beliau mengumumkan pembelian 4 (empat) buah HOVERCRAFT “buatan putera-putera Bangsa Indonesia”, yaitu kami, yang baru k.l. tiga minggu sebelumnya memberikan presentasi mengenai HOVERCRAFT yang akan kami bangun di depan Wagub Lemhanas beserta jajarannya. Saat itu, kami malah sama sekali tidak tahu kalau Wagub Lemhanas yang menerima presentasi kami ini akan menjadi KASAL! Dan meskipun penerimaan beliau dan timnya amat-sangat simpatik dan penuh respek, tidak terlihat tanda-tanda bahwa beliau akan menuliskan sejarah di Republik Indonesia ini.

Tentu saja ini menimbulkan kegemparan di mana-mana, mulai dari pejabat-pejabat TNI AL sendiri, maupun (atau terutama???) dari para rekanan TNI AL sendiri, yang seperti biasa di dunia bisnis, menganggap pendatang baru sebagai saingan yang akan mengambil sebagian besar porsi lahan mereka! Resistensi berat pertama yang kami dapat ialah dari dalam TNI AL sendiri.

Pesanan 4 (empat) unit HOVERCRAFT yang disepakati, ketika jadi SK ternyata berubah menjadi 5 (LIMA) unit DENGAN HARGA YANG SAMA! Upppsss…….., pesanan 4 unit seharga Rp 15 milyar, berubah menjadi 5 unit, harga langsung terjun bebas di”discount paksa” 20 % dengan tambahan beban kewajiban membangun satu unit lagi dalam jangka waktu yang sama pula!

Keputusan dibuat bulan Maret, HOVERCRAFT yang kami bangun harus bisa diikutkan dalam Latihan Besar Armada Jaya pada pertengahan bulan Desember 2005!!!  Pilihannya adalah mundur dan menyerah sebelum bertempur. Atau maju terus demi mewujudkan impian dan idealisme! (Dari sejak awal memang cita-cita kami adalah membangun Industri HOVERCRAFT, MEMBUKTIKAN bahwa putera-putera Indonesia itu BISA bertindak lebih dari sekedar makelar/perantara/broker atau sekedar “tukang jahit”! Fokusnya adalah kebanggaan bangsa, bukan cari proyek untuk mendapatkan uang!) Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai, maka kami memilih untuk maju terus.

Demikianlah meskipun dengan tersandung-sandung, jatuh-bangun berdarah-darah, kami berhasil mendeliver ke lima unit HOVERCRAFT buatan anak bangsa tersebut, yang tahun itu juga langsung diikutkan (dan menjadi penyelamat sekaligus primadona selain sebagai kendaraan pendarat pasukan marinir, juga sebagai alat angkut VIP, yaitu para Perwira Tinggi TNI AL dll.) dalam Latihan besar TNI AL Armada Jaya ke 25 di P. Sekerat Kaltim pada tanggal 14 Desember 2005.

Hambatan lain ialah adanya rumors dan isue-isue negatif yang jelas dilemparkan oleh para rekanan seperti yang telah saya tulis di atas, dan……..para produsen HOVERCRAFT dunia yang tiba-tiba saja berbondong-bondong membombardir Indonesia dengan segala tawaran pembelian HOVERCRAFT dan pengkerdilan kemampuan bangsa Indonesia untuk memproduksi barang canggih.

Persis seperti reaksi Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Bupati Wonogiri Danar Rahmanto dan Wkil Ketua DPR Anis Matta menyikapi mobil Kiat ESEMKA buatan anak-anak Solo itu! Satu e-mail dari perwakilan produsen HOVERCRAFT di Inggris menulis bahwa menurut pengalaman mereka membangun HOVERCRAFT di India, kemampuan satu orang insinyur Inggris itu sebanding dengan sepuluh orang Insinyur India. Indonesia ya pasti lebih buruk lagi dari itu, maksudnya! He he he……


Hovercraft perusahaan Griffon Hoverwork, Inggris seharga Rp 5 miliar per unit yg dibeli Basarnas
Yang lebih hebat ketika pada 15 Januari 2007 saya bertemu dan diperkenalkan dengan Kabalitbang Dephan Prof. Dr. Lilik Hendrajaya pada pelantikan salah seorang mutual friend yang jadi Staff Ahli Menhan. Begitu mengetahui bahwa saya adalah pensupply ke lima unit HOVERCRAFT ke TNI AL, Prof. Lilik langsung memberondong saya dengan tuduhan betapa salahnya kami karena memproduksi HOVERCRAFT tanpa didahului penelitian. (Entah menyimpulkan dari mana ya, beliau ini? Membangun HOVERCRAFT tanpa didahului penelitian???)

Hovercraft PT Hoverindo

Dalam acara yang sedemikian resminya, tanpa menghiraukan sopan-santun (kami kan baru saling diperkenalkan?!) beliau langsung menguliahi saya mengenai tata-aturan berproduksi: Badan Penelitian (maksudnya Balitbangnya beliau) yang meneliti, hasilnya baru boleh kami produksi!
“Kapan anda pernah menelitinya, Pak?”
Jawabnya adalah “…Pokoknya…..” He he he….., Indonesia buaanget duehhh……!

Tapi didalam rentetan berondongan tuduhan itu, beliau malah mengajak kerja-sama, menjanjikan akan menyediakan dana Rp. 300 juta buat kerja-sama tersebut. Beberapa hari kemudian beliau menelpon saya, diikuti beberapa kali pertemuan dan akhirnya tim kami dan tim beliau bertemu di kantor beliau. (Saya datang dengan Mas Indra S. Said yang saat itu sedang membantu kami cari pemodal untuk bangkit kembali dan satu sobat lain dari HOVERINDO.)

Pada rapat itu dengan pedenya beliau menyatakan bahwa HOVERINDO akan diikutkan dalam penelitan mengenai HOVERCRAFT yang akan dikerjakan oleh Balitbang Dephan. Lho….., kami (HOVERINDO) yang sudah mendeliver HOVERCRAFT ke TNI AL, kok malah mau diikutkan pada timnya Balitbang Dephan yang baru mau akan mulai mengadakan penelitian??? Logikanya kok bisa terbalik-balik begini, sih….?!
“Kerja-sama” model begini ini mah tentu saja langsung kami tolak mentah-mentah.
(Ilustrasi uang)

Jawaban teka-tekinya muncul beberapa hari kemudian, ketika beliau menelpon saya kembali setelah penolakan kerja-sama dari pihak kami pada pertemuan di ruang rapatnya itu. He he he….., proyek kerja-sama itu ternyata “…memang ujung-ujungnya duit….” (ini suweerrr adalah kata-kata beliau sendiri) karena dari Rp. 300 juta yang beliau janjikan itu 40% peruntukannya adalah untuk honor para ahli di pihak beliau!

Wuitttsss…….!

Kalau saya juga minta 40 % buat tim ahli saya di HOVERINDO supaya adli, maka biaya penelitiannya jadi tinggal 20 % atuhhh….! Rp. 60 juta untuk penelitian dari total Rp. 300 juta yang dikeluarkan negara!!!”
Penelitian”nya akan jadi seperti apa ya, hasilnya? Jadi beliau butuh perusahaan kami itu rupanya sebagai legitimasi “proyek” institusinya. Penelitiannya mah nggak penting-penting amat, karena memang bukan itu tujuannya! Yang penting uang negara bisa keluar dan ada “pertanggung-jawabannya”! (Disclaimer: Ini tebakan saya, karena tidak menemukan alasan lain lagi yang masuk akal!)

Paling top ketika ketemu pejabat penting berikutnya yang adalah tidak kurang dari Menristek Kusmayanto Kadiman himself, yang berhasil saya minta menyediakan waktu untuk menerima saya berkat jasa bantuan Mas Apam. (Saat menghadap Menristek ini saya didampingi juga oleh Mas Satyo Fatwan.)
Belum satu menit beliau melihat video demo ke lima HOVERCRAFT yang telah kami deliver ke TNI AL, beliau langsung menukas:

“Ya ya ya…., saya sudah tahu mengenai HOVERCRAFT ini!” dan mulailah k.l. 45 menit kuliah umum mengenai nasib HOVERCRAFT kami ini. (Panjang video demo itu k.l 8 menit, yang sudah diabaikan beliau sejak awal. Tidak ingin tahu, tidak penasaran!)

“Waktu itu dalam suatu acara KASAL memang bilang sama saya, bahwa TNI AL sedang membeli HOVERCRAFT buatan dalam negeri. Beliau minta saya melihat pembangunannya dan minta bagaimana pendapat Kemenristek.”
“Jadi saya kirim orang-orang saya untuk menyelidiki ke sana. Ternyata produksinya payah sekali! Masih berupa industri rumahan dan sama sekali tidak memenuhi syarat untuk bisa menghasilkan sebuah produk yang handal!”
“Maka saya bilang sama KASAL, itu bahaya sekali! Kalau you beli satu mungkin tidak apa-apa. Tapi kalau beli banyak, you nanti akan dapat masalah!”

Masya Allah!

Di depan hidungnya itu video demo dari LIMA, BUKAN SATU HOVERCRAFT, masih belum selesai! Demonya adalah bagaimana kemampuan HOVERCRAFT kami ini bekerja dan bermanoeuver seperti layaknya kendaraan yang sedang mendemonstrasikan kehandalannya!!!

“Lho, saya kok tidak pernah tahu kalau Kemenristek pernah datang ke pabrik kami, Pak?”
“Ya, you tentu tidak tahu, karena memang kami nggak bilang-bilang, kok!”

Wuitttsssss……????!

“Boleh saya minta hasil laporan orang-orang yang Bapak kirim ke pabrik kami?”
“Nggak, kita nggak bikin laporan seperti itu!”

Masya Allah lagi!

 
Seorang Menteri Riset dan Teknologi bilang ke KASAL TNI AL bahwa produk kami yang sedang dibeli TNI AL itu “payah” dan “bisa berbahaya”, tapi tidak punya dokumentasi data pendukung statement beliau??? Padahal dalam “kuliah”nya saat itu beliau ini berulang-ulang menekankan bahwa dirinya adalah seorang birokrat! Beliau bahkan tidak menyadari kadar keampuhan statement seorang Menteri RISET dan TEKNOLOGI terhadap seorang KASAL.

Dan akibat ikutannya terhadap perusahaan kami, yang berdiri tanpa SESENPUN memakai uang negara! Ibarat anak balita yang diberi mainan AK 47, tidak tahu berbahayanya “mainan’ yang sedang dipegang-pegangnya ini! Begitu pula rupanya Pak Menteri tidak menyadari saciduh metu, saucap nyatanya, idu geninya fatwa seorang menteri!

“Kalau begitu, mengapa Bapak tidak segera memberi tahu kami akan kelemahan-kelemahan produk kami, sehingga kami bisa segera memperbaikinya?”
“You bayar berapa sama saya??!!!”

Wuittttssss……,

saya hampir-hampir tidak bisa mempercayai seorang Menteri dengan latar belakang pendidikan yang sedemikian tinggi bisa bicara seperti ini! Betul-betul tidak masuk akal!!! Sungguh berkah saat itu saya didampingi oleh Mas Apam dan Mas Satyo.

Ketika menulis ini saya berdoa-doa bahwa sobat-sobat ini masih ingat kata per kata yang saya tulis kembali di atas ini. Buat saya yang jadi sasaran tembak Pak Menteri mah, kejadian itu akan terbawa sampai mati, atuh! Boro-boro lupa atau ‘fade out’, memori ini rasanya seperti baru terjadi kemarin pagi, kok! Setelah menyelidikinya ke belakang, akhirnya saya tahu juga kapan Pak Menteri ini “mengirim orang-orangnya”. Orang-orang ini memang betul pernah datang berkunjung sebagai bekas teman kuliah Direktur Produksi kami. Saya kebetulan memang sedang ada di pabrik, dan diperkenalkan Dirprod bahwa itu adalah teman-teman kulliahnya di ITB dulu.

Mereka saat itu bekerja BPPT, mau kangen-kangenan dengan bekas teman kuliah yang sekarang jadi Direktur Produksi pabrik HOVERCRAFT! Ha ha ha haaa……., problem is: Saat itu belum ada SATU PUN HOVERCRAFT kami yang sudah jadi! Kami bahkan masih baru pada tahap-tahap awal produksi! Entah apa dasarnya sampai bisa-bisanya mereka melapor kepada bossnya betapa berbahayanya HOVERCRAFT kami itu! Yang menyedihkan bagi saya, “orang-orang Menristek” ini rupanya belum pernah datang dan MASUK ke pabrik pesawat seperti FOKKER yang pesawatnya dulu banyak berterbangan di angkasa Indonesia! Kelihatannya “orang-orang Menristek” ini hanya tahu pabrik-pabrik asembling mobil yang biasanya memang serba robot dan mesin-mesin otomatis! Di pabrik-pabrik pesawat mah, apalagi yang canggih-canggih seperti pesawat Concorde dan pesawat ulang-alik atau yang paling modern sekarang ini, raksasa Airbus A 380, pengerjaannya ya “seperti industri rumah-tangga”!
Serba manual TIDAK robotik! Ya seperti di parik HOVERCRAFT kami itu lah! Kembali ke laptop.
Anak-anak SMK Solo ini beruntung mereka membuat produksinya di jaman Dahlan Iskan sudah naik panggung, dan beberapa orang lainnya. Semua pasti sudah tahu bahwa orang ini sama-sama tidak pernah mengambil gajinya sebagai pejabat negara. Ini saja sudah membedakan antara kualitas pemimpin dan pejabat negara bibit unggul, dengan para pejabat negara lain yang berkualitas biasa-biasa saja. Apalagi kalau dibandingkan dengan mereka yang semakin tidak malu-malu lagi mempertontonkan sepak terjangnya yang sarat dengan kepentingan pribadi! Saya menulis pengalaman di atas bukan untuk curcol. Bukan pula untuk “merusak nama baik” orang-orang yang saya tulis namanya itu.

(Kalau nama baiknya rusak ya itu akibat perbuatannya sendiri, atuh. Wong semua itu kejadian nyata, kok!) Melainkan sebagai retropeksi, sekaligus bukti akan harapan seperti yang selalu diucapkan oleh Mas Hiram: Masa depan Indonesia yang gilang-gemilang. Pada tahun 2005 lalu, lebih banyak pejabat yang berusaha mematikan HOVERCRAFT kami dengan banyak alasan (yang buntut-buntutnya duit, karena tidak sedikit yang lalu berselera tinggi buat mengimport HOVERCRAFT dari luar-negeri. Silakan ditebak sendiri mengapa!) dari yang kedengarannya ilmiah, sampai yang terang-terangan berusaha menyabot supaya produksi kami ini tidak jadi terwujud! Tahun 2011 ini, lebih banyak bunyi positif yang kita dengar dari para pejabat spesies baru.

Semoga para pejabat yang berwenang untuk men”sertifikasi” di Jakarta seluruhnya sadar, bahwa kalau belum-belum produksi anak-anak ini harus memenuhi standar setinggi kelas Mercedez Benz atau BMW, maka jelas potensi putera Bangsa Indonesia tidak akan pernah bisa bangkit.
Meski kasusnya sudah terjadi sejak lama tapi perlu diambil sebagai contoh. Semoga kejadian ini tidak terjadi lagi di era kemandirian sekarang ini…

0 komentar:

Posting Komentar