Kemandirian di segala bidang sangatlah diperlukan oleh negara
sekaliber negeri kita Indonesia, termasuk kemandirian dalam industri
militer. Industri Pertahanan dalam negeri merupakan industri VITAL untuk
menopang kemandirian dan kemampuan mempertahankan kedaulatan NKRI tanpa
embel – embel dan diATUR oleh negara lain.
Kedaulatan Mutlak
Negara kita berprinsip “Zero Enemy” dan Indonesia sejak lama telah
memproklamirkan sebagai negara netral, negara Non Blok. Namun dalam
perkembangannya, terkadang masyarakat berharap pengadaan alutsista
cenderung bersandar ke bekas Blok Timur, Rusia. Semua itu efek domino
dari rasa sakit hati akibat embargo barat yang dimotori US sejak 1999
hingga 2005, buntut dari kasus Timor Timur.
Pada pengalaman masa lalu kita pernah diembargo secara militer oleh
pihak barat. Banyak pengaturan dan syarat yang merepotkan kita sebagai
Negara merdeka. Akibatnya timbul kesimpulan, Kemandirian pengadaan
Alutsista adalah hal mutlak.
TRAUMA diembargo oleh barat sering terngiang dan menjadi ketakutan
pada rakyat, terutama para pemerhati blog militer di dunia maya dan para
analisis dunia militer. Kita mempunyai PENGALAMAN diembargo secara
militer dan sangat merepotkan. Tetapi dengan tumbuhnya industri militer
dalam negeri, kekhawatiran dampak yang ditimbulkan seperti masa lalu
tidak lagi begitu mencemaskan. Pengalaman adalah guru yang sangat
berharga.
Kita mencoba menganalisa yang lebih ekstrim dengan satu pertanyaan,
bagaimana bila kita diembargo secara TOTAL oleh PBB yang disponsori
Negara Negara Adidaya yang tidak puas dengan kebijakan yang diambil
pemerintahan bangsa ini ?.
Bila Indonesia diEMBARGO oleh PBB, maka kita tidak bisa Impor dan
ekspor. Beberapa efek akan timbul dengan berlakunya Embargo
internasional terhadap kita, misalnya dalam sektor di bawah ini:
Pangan
Kita tidak bisa menikmati semua makanan CEPAT SAJI yang berlabel
Internasional. Keuntungannya, semua makanan bermerk lokal akan naik
omzetnya dan makananan tradisional akan terangkat pamornya. Masalah
ketahanan pangan akan sedikit terguncang dengan tidak bisanya Impor
beras yang lumayan besar tiap tahunnya, tetapi hal ini akan melecut kita
untuk meningkatkan produk pangan berupa: beras, jagung dan lain-lain.
Bangsa ini bisa menyesuaikan pola makanannya. Daging sapi akan meroket
tajam harganya tetapi kondisi ini akan membuat rakyat beralih ke daging
ayam, ikan laut, ikan hasil ternak tambak: lele, bandeng, udang dan
lain-lain.
Dalam hal PANGAN kita malah BISA menuju KEMANDIRIAN dan SWASEMBADA
PANGAN. Bila kita kena embargo ekonomi, kondisi Perekonomian Indonesia
pada awalnya akan terguncang dan laju inflasi akan tinggi, melemahnya
rupiah terhada mata uang asing, juga indeks harga saham akan banyak
terjun bebas.
Tetapi apakah kita akan terpuruk selamanya?. Jawaban para patriotik pasti Tidak!!!.
Kita langsung membalasnya dengan kebijakan semua perusahaan asing
akan kita NASIONALISASI, Freeport, Blok Mahakam, Blok Cepu dan
sebagainya akan kembali menjadi milik rakyat Indonesai sepenuhnya.
SDA migas yang tidak diekspor akan mencukupi konsumsi BBM dan
kebutuhan energi dalam negeri.BUMN akan dipaksa untuk bisa menambang
sendiri, mengolah sendiri dan menjual sendiri untuk kepentingan Industri
dan konsumsi rakyat indonesia. Emas, dan logam lainnya akan melimpah
bisa dimanfaatkan oleh kebutuhan dalam negeri. Dan EMAS yang melimpah
akan banyak peminatnya di black market dunia, bila kita mau sedikit
membanting harganya.
Industri dalam negeri bisa mengubah arah produk dan marketnya untuk
mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri. Sekiranya pengusaha nasional
patriotik bisa tetap menjalankan pabrik pabriknya tetap beroperasi dan
bekerjasama dan BERSINERGI sesama industri.
Transportasi
Memang kita akan sedikit terguncang tetapi bisa ditangani dengan SINERGI
PERINDUSTRIAN dalam negeri untuk bisa mencukupi kebutuhan sparepartnya.
Merk merk kendaraan asing yang beredar di Indonesia langsung saja
diuubah diganti merk merk berbau Indonesia.
Militer
Kita akan terguncang sementara dengan tidak adanya dukungan suku cadang
negara asal pembuat alutsista. Kembali lagi peran SINERGI PERINDUSTRIAN
kita diharapkan mencukupi semua kebutuhan sparepart dan alutsisita.
Tentunya keberadaan black market dunia memberikan kita ruang gerak
dalam mencukupi apa yang kita perlukan untuk alutsista. Selain itu PT
PAL, PTDI, PT Pindad, Koja Bahari, PT LEN, PT Dahana dan lain lain akan
dipaksa berpacu mencari solusi jitu agar tetap berproduksi dan mencukupi
kebutuhan alutsista dan suku cadang.
Negara Sepenanggungan
Sinergi sesama negara negara yang diEMBARGO, bisa dimanfaatkan. Kita
bisa bekerjasama, dengan negara negara yang keadaannya sama sama di
embargo misal dengan Korut, Iran juga Myanmar. Mereka akan SENANG bisa
bekerjasama dengan Indonesia yang kaya raya sumber dayanya. Skenarionya,
Korut bisa menyuplai produk militer ke kita. Demikian juga dengan Iran
bisa menyuplai minyak bila kita memerlukan. Komoditi Non migas kita
bisa dibarter kepada negara negara tersebut.
Tentunya negara negara Blok Timur, Rusia, Pecahan Rusia, China, juga
India akan berlomba mendekati dan bekerjasama dengan kita melalui jalur
BACKSTREET.
Apakah PBB atau negara lain berani mengembargo Indonesia secara
ekonomi ? Indonesia terlalu sexy dan berharga untuk diembargo. Mereka
takut kalau negara Indonesia akan menuju MANDIRI bila nanti diembargo.
Singapura sebagai Negara yang terkena dampak paling besar bila kita
diembargo oleh PBB.
Singpork is nothing, can not be rich without Indonesia. Itu salah
satu perkataaan kawan Warga Negara Singapura yang mempunyai bisnis besar
di negara kita. PERKIRAANNYA penghasilan dari 50 ribu kapal yang lewat
selat Malaka tiap tahunnya akan hilang, bila kita menutup selat tersebut
menyikapi embargo yang ada.
500 000 orang Indonesia berlibur ke Singapore tiap bulannya.
Apartemen apartemen terbaru di sana banyak dibeli orang indonesia.
Rumah sakit rumah sakit isinya kebanyakan orang Indonesia. Berapa saham
negara itu yang berputar di perusahaan perusahan indonesia yang mencakup
di seluruh sektor? Bagaimana bila dinasionalisasi kan?.
Kasus efek Domino dengan kolapsnya perekonomian negara lain bisa
terjadi terhadap Jepang, China ddan lain lain yang nilai perdagangannya
dengan Indonesia begitu besar. Afrika Selatan, Republik Rakyat Cina dan
Taiwan merupakan contoh yang mengesankan, sebagai Negara yang pernah
diembargo oleh PBB.
Negara-negara tersebut telah menguasai beberapa teknologi dan dapat
bersaing di pasar global. Kuncinya ternyata adalah kekuatan
techno-nasionalisme yang tangguh dan berkelanjutan. HARUSNYA Rakyat
republik ini belajar untuk MENGEMBARGO DIRI SENDIRI.
- Belajarlah membeli tekstil,garmen,pakaian, sepatu dan lain-lain dari hasil pabrik kita sendiri. Kurangi memakai produk asing.
- Belajarlah lebih suka dan membeli produk makananan dari merk lokal Indonesia dan makanan tradisional kita sendiri.
- Belajarlah membeli produk produk hasil Industri kita sendiri.
- Belajarlah naik pesawat memakai Airways kita sendiri.
- Belajarlah Menonton budaya kita sendiri, dan lain lain.
Dan Militer-nya. BELAJARLAH untuk menyukai produk hasil Industri
militer kita sendiri dengan kebijakan nyata bukan sekedar lips service
dengan membeli hasil produksi inovatif yang dihasilkan oleh Industri
militer dalam negeri.
JIka kita bisa MENGEMBARGO diri kita sendiri, muncul istilah
INDONESIA WILL RULE THE WORLD. Bukan seperti keadaan kita sekarang ini.
Kita yang diatur oleh kekuatan asing (Dunia). Kita perlu critical mass
untuk bisa tumbuh sendiri (MANDIRI). Kita juga memerlukan tokoh tokoh
gerakan techno-nasionalisme. Para penggerak techno-nasionalisme negara
ini yang bisa meyakinkan pemerintah dan rakyatnya untuk mengembangan
berbagai kemampuan teknologi dalam bidang penerbangan, perkapalan,
nuklir, energi, telekomunikasi, pertanian dan lain sebagainya. Gerakan
Aku Cinta Indonesia (ACI) yang HARUS terus bergulir.
Perlu martir gerakan nasional yang dilandasi oleh pemikiran menciptakan kemandirian bangsa kita dalam teknologi dan industri.
GERAKAN nasional yang membawa angin segar bagi digairahkannya lagi
pemikiran techno-nasionalisme. Saat ini kita memerlukan kembali gerakan
nasional ‘Aku Cinta Produk Indonesia’ dan perlu cara jitu untuk
menggerakan rakyat Indonesia agar lebih mencintai produk asli Indonesia.
Apa langkah jitu tersebut?. coba kita analisa dan pecahkan bersama.
Menggapai Kemandirian
Selera orang Indonesia diberbagai tingkat perekonomian memang UNIK.
Untuk tingkatan middle-Up, membeli suatu produk kadang bukan hanya
kualitas yang dikejar tapi juga faktor GENGSI yang didahulukan. Untuk
kaum yang ini, mereka merasa lebih bangga memakai produk luar negeri
demi gengsi ataupun memenuhi gaya hidup hedonisme. Walaupun kadang
barang KW yang dibeli asal bermerk (Branded mainded). Tetapi mereka
diperkirakan hanya menyumbang 25 persen saja pasar global Indonesia.
Sedangkan pasar menengah ke bawah masih 75 persen di Indonesia. Pasar
masyarakat bawah terlihat, mereka tidak peduli merk ataupun kualitas,
tetapi yang dicari adalah harga yang terjangkau. Terbukti produk sepatu,
sandal, garmen, dan sebagainya dari hasil industri lokal dan home
industri masih laku keras mencukupi kebutuhan pasar lokal Indonesia
masyarakat bawah tersebut. Bahkan sebagian sudah diekspor. Untuk
beberapa jenis barang, produk kita sebenarnya menang dan merk kita sudah
mendunia.
Terbukti misal produk sepeda ontel. 3 merk lokal sudah menguasai
pasar nasional kita mengalahkan produk china sekalipun dan kita sukses
mengekspornya ke berbagai belahan bumi. Memang kalau untuk produk
premium kita kalah jauh berdasarkan bahan, image product dan tenaga
ahlinya.
JADI, masih kurangnya kepedulian membeli produk asli Indonesia ada di
kalangan menengah-keatas yang masih banyak menganut paham branded
mainded.
Nah untuk menggelorakan masyarakat menengah-keatas yang berduit ini,
harus mempunyai LANGKAH JITU agar mereka lebih suka produk nasional.
Beberapa contoh kasus mengungkapkan misalnya. Sebuah merk Sepatu dari US
dulu diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan Indonesia untuk pasar
nasional dan dunia. Mereka puluhan tahun memproduksi merk sepatu yang
mempunyai image global tersebut. Setelah perusahaan tersebut pecah
kongsi dengan induknya dari US, mereka memproduksi sendiri dengan merk
nasional yang tentunya MUTUnya sama dengan merk dari US tersebut. Akan
tetapi penjualan produk ini belum sepesat saat menjual merk lama.
Juga ada rakyat bangsa ini yang suka bepergian ke luar negeri membeli
produk apparel dari club kesebelasan Inggris yang ternyata sudah dibeli
dan dilihat labelnya adalah madein Indonesia.
Dan juga terbukti di manca Negara harga produk sepatu dari US yang
berimage global made in Indonesia ternyata lebih mahal harga jualnya
dari pada made in Vietnam ataupun china, walau merknya sama.
BUKTI LAIN kalau mutu kita tidak Kalah. Ada temen pas lagi di Jerman
mereka jalan jalan ke bazar, banyak produk kebutuhan yg dijual di bazar
itu. Mereka mendengar salah satu pedagang menawarkan produk sepatu merk
nasional kita. “Silahkan beli sepatu berkualitas hand made,” begitu
teriak pedang. Teman tersebut melirik merknya dan ternyata sepatu itu
merk lama asli Indonesia. Masyarakat eropa di sanna sangat tertarik
dengan sepatu tersebut karena HAND MADE. Mereka begitu menghargai produk
yang dihasilkan oleh Hand made. Harga jual di sana MAHAL untuk ukuran
kantong kita. Sedangkan di sini merk tersebut mungkin hanya dipakai oleh
anak sekolah dan masyarakat menengah saja.
INI menunjukan bahwa masyarakat kita masih banyak yang branded
mainded. Mereka lupa kalau barang yang diproduksi oleh kita tidak kalah
mutunya bahkan dihargai lebih mahal dibanding yang diproduksi oleh
negara lain walaupun merknya sama.
KESIMPULANNYA, MUTU bukan jaminan untuk masyarakat kita mencintai
produk dalam negeri. Diperlukan suatu GREGET langkah JITU untuk
membudayakan masyarakat kita mau membeli dan mencintai produk kita
sendiri.
Apa Itu Kira-Kira ?
Langkah Jitu
Langkah Jitunya kira kira seperti gambaran di bawah ini:
Masyarakat muslim kita mungkin banyak yang percaya dengan pruduk makanan
kita yang diolah oleh saudara sesama muslim cenderung HALAL.
Tetapi masyarakat kita lebih suka dan merasa aman bila mengkonsumsi
produk produk yang mempunyai sertifikasi Halal yang dikeluarkan oleh MUI
kita.
Masyarakat tidak ragu ragu membeli karena produk tersebut karena ada
jaminan sertifikasi. Kadang masyarakat non muslim kita malah lebih suka
produk yg punya sertifikasi halal tersebut mempertimbangkan masalah
kesehatannya. Tidak mungkin non muslim malah menjauhi dan tidak membeli
produk yang bersetifikasi halal tersebut dikarenakan beda agama.
Jelasnya bahwa Sertifikasi HALAL bisa menembus segala lapisan
masyarakat kita tanpa memperdulikan sara dan harga. CONTOH di atas
adalah ROADMAP jalan penunjuk kita menuju langkah jitu yang kita
pertanyakan di atas. kita butuh SERTIFIKASI NASIONALISME atau PATRIOT di
setiap produk kita. Sertifkasi yang dikeluarkan oleh lembaga/Komisi
Independent di negara ini. Masyarakat akan membeli produk yang mempunyai
sertifikasi Nasionalisme /Patriot untuk menunjukan bahwa mereka peduli
dengan kemandirian bangsa ini (walaupun aslinya banyak yang kurang
peduli) dan akan menimbulkan fenomena tersendiri dalam perdagangan di
Indonesia yang tentunya untuk MEMACU kemandirian bangsa ini.
Bila selama ini ada SNI standart Nasional Indonesia yang melabelli
produk produk yang beredar di pasar nasional kita menunjukan bahwa
produk tersebut sudah memenuhi standart yang ditentukan oleh regulasi
kita. MAKA Kita perlu SPI (Standar Patriot Indonesia) yang harus
dicantumkan di semua produk lokal yang beredar di pasar kita.
SPI menunjukan bahwa produk tersebut hasil dari produk dalam negeri
dan kandungan lokal bahannya lebih dari 75 persen. Dengan adanya
sertifikasi ini dan diberi Logo SPI misalkan memakai logo burung garuda
menunjukan mana mana saja produk yang sudah asli buatan kita sendiri,
maka akan Timbul Fenomena di tengah masyarakat kita” Gak pakai produk
yg ada lambang garudanya berarti gak cinta produk Indonesia”.
Mungkin
ide di atas bisa MENGGUGAH rasa nasionalisme seluruh lapisan masyarakat
kita dan mau membeli barang barang produk kita dengan alasan
nasionalismenya yang tinggi, atau malu kalau dibilang kurang rasa
nasionalismenya, atau sekedar untuk GENGSI saja. HAL ini pernah terjadi
saat booming mobnas yang diikuti semua masyarakat ANTUSIAS ingin
memiliki mobnas tersebut walau aslinya bukan produk dalam negeri.
Kita ingat bagaimana masyarakat Indonesia Timur sampai pada menunggu
mau beli oto timor kapan datang di sini ?. Dan moment tersebut didahului
dengan kebanggaan bangsa ini yang mampu membuat pesawat N250 dari
tangan tangan terampil Techno-nasionalisme bangsa ini di tengah perayaan
INDONESIA EMAS pada tahun 1995. Sayangnya asing keburu membunuh
fenomena itu agar KEMANDIRIAN bangsa ini tidak berkembang.
Apapun produk yang beredar di pasaran dengan Logo Garuda/SPI maka
kita tidak ragu membelinya karena secara langsung turut mensukseskan
percepatan kemandirian bangsa. Pesan pesan untuk masyarakat agar
mengutamakan membeli produk yang berlabel Garuda bisa digencarkan
melalui media dan sistim materi pengajaran di sekolah sekolah sehingga
dari dini anak anak kita tahu bahwa membeli produk berlabel garuda
adalah PERWUJUDAN CINTA TANAH AIR.
TEKNIS Regulasi untuk produk apa saja yang bisa menyandang
sertifikasi SPI dan berlogo garuda bisa kita cari formulanya yang tepat
dan bisa dikonsultasikan antara Pemerintahan, DPR, Pengusaha, Pabrikan
dan Pihak Akdemisi sehingga bisa dibuatkan undang undang yang mengatur
bagaimana bentuk dan juga sanksi sanksinya.
Dan tentunya juga produk
tersebut juga sudah mengantongi SNI (Standart Nasional Indonesia).
Tentunya ide di atas akan banyak ganjalan dari pihak produsen asing yang
sudah lama enak enakan menikmati pasar nasional kita yang gemuk ini
dengan membanjirinya dengan merk merk internasional, dan akan banyak
yang ingin menggagalkannya atau membuat komisi boneka tandingan untuk
mengaburkan SPI tersebut. Apalagi bila berkaitan dengan produk otomotif.
Masyarakat Indonesia CERDAS harus memulai belajar mengembargo diri
sendiri (bisa mulai dikampanyekan dan diterapkan di lingkup keluarga)
untuk menuju kemandirian bangsa dengan cara jitu dan digulirkan oleh
pemerintah.
0 komentar:
Posting Komentar